ALIANSI KB04 KITA ADALAH SAUDARA.
Senin, 16 Juni 2014
Tulisan terkirim dikaitan (tagged) ‘Sejarah TIMNAS INDONESIA di Piala Dunia 1938 Perancis’
Indonesia, di bawah bendera kolonial Belanda, pernah ikut berpartisipasi dalam pertandingan sepakbola terakbar sejagat yaitu di Piala Dunia 1938 di Prancis. Meskipun Hindia-Belanda kini sudah merdeka dan berganti nama menjadi Indonesia, menurut aturan Badan Sepakbola Dunia (FIFA), Indonesia tetap menyandang rekor negara pendahulu, dalam hal ini Hindia-Belanda. Oleh sebab itu Indonesia tercatat oleh FIFA sebagai negara Asia pertama, dan sejauh ini satu-satunya negara Asia Tenggara yang pernah berpartisipasi dalam Piala Dunia.
Kenapa Militer Indonesia ditakuti: Karena punya pasukan Para Komando Terbesar ke-4 di Dunia
Indonesia adalah sedikit dari negara di Dunia yang memiliki banyak unit pasukan berkualifikasi para-komando yang siap tempur darat-laut-udara. Bandingkan dengan Malaysia (contoh) yang dalam 1 angkatan hanya punya 1 special force. Lha emang di Indonesia punya berapa? banyak mas bro.
Ambil contoh Angkatan Laut, yang punya komando khusus, detasemen khusus dan Batalyon Hantu Laut yang semuanya setara Navy Seal US. Hebatnya lagi semua dalam kondisi fisik siap siaga perang, berat badan melar langsung dilorot ke kesatuan.
Berikut adalah 4 Komando pasukan special force TNI yang siaga tempur. Yang dibahas cuma Unit Komando, tidak termasuk unit Detasemen dan Batalyon yang bersifat siaga tempur dan sangat rahasia.
1. KostrAD Komando Strategis Angkatan Darat.
Komando ini punya dua markas, di Jakarta dan Malang. Kostrad bisa disebut ranger-nya TNI.
2. Kopassus
Moto: Tribuana Chandraca Satya
Dharma (Berani Benar Berhasil)
Ini adalah pasukan para komando yang paling banyak terlibat pertempuran di Asia. Mulai dari menghadapi bangsa Asing sampai pemberontakan di dalam negeri.
Kopassus juga menjadi role model bagi banyak tentara khusus di Asean. Berapa total jumlah personelnya? sangat dirahasiakan.
3. Kopaska
Moto: Tan Hana Wighna Tan Sirna (Tidak ada rintangan yang tak dapat diatasi)
Pasukan yang kualifikasinya setara dengan Navy Seal US. Bahkan di beberapa kali latihan bersama, Navy Seal US kewalahan mengimbangi ketahanan fisik pasukan katak TNI.
Perekrutan:
1. Anggota TNI AL (kecuali Korps Marinir)
2. Berdinas minimum 2 thn di KRI/Kapal Perang
RI/lanal/lantamal/mabesal/kolinlamil/armada RI.
3. Lulus Kesamaptaan/kemampuan jasmani
4. Lulus Tes Ketahanan Air
5. Lulus Psikotest khusus
6. Lulus Kesehatan khusus bawah air
7. Secara sadar mengikuti tes dan pendidikan tanpa paksaan siapapun
Kualifikasi paling ekstrim dari pasukan ini, setiap personil harus siap bersedia melakukan bom bunuh diri jika diperlukan. Termasuk aksi man torpedo di bawah air.
4. Kopaskhas
Moto ” Karmaye Vadikarate Mafalesu Kadatjana “, yang artinya bekerja tanpa menghitung untung dan rugi.
Ini adalah komando pasukan khusus yang paling rahasia milik TNI. Sangat diharamkan untuk ikut latihan bersama militer asing.
Karena berbasis TNI AU, Paskhas didesain untuk bergerak lebih cepat dan lebih senyap dari semua komando. Awalnya pasukan ini bernama Kopasgat, Komando Pasukan Gerak Cepat.
Kemampuan penting dari prajurit paskhas adalah lari. Secara rutin setiap prajurit paskas harus bisa mempertahankan kecepatan lari 100m dibawah 13 detik.
CIA dalam worldfactbook nya pernah memprediksi bahwa total pasukan TNI yang berkualifiasi “para komando” atau “special army” berjumlah 150.000 pasukan dari total 500.000 prajurit aktif. Jika benar jumlah itu, berarti Indonesia adalah negara nomer 4 di dunia dalam jumlah pasukan komando, setelah Amerika, Rusia dan China.
Note Yang dibahas diatas belum termasuk sel pasukan elite yang lebih kecil seperti: Yontaibi Marinir, Denjaka Marinir, RaiderAD, Tontaipur AD, Den Bravo 90 AU, PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) yang lintas matra serta Resimen Pelopor Brimob.
sumber : http://roda2blog.com/2014/05/27/kenapa-militer-indonesia-ditakuti-karena-punya-pasukan-para-komando-terbesar-ke-4-di-dunia/
Kenapa Militer Indonesia Ditakuti? Karena selalu siaga tempur!
1. Siap Siaga Perang
Ini memang aneh, dalam kondisi damai dan tidak dalam kondisi konfrontasi dengan negara manapun tapi militer Indonesia selalu dalam kondisi siap siaga perang.
Mulai dari tingkat Batalyon sampai (terutama) pasukan komando khusus. Dan yg paling misterius adalah unit detasemen inti khusus (contoh: Denjaka AL) yang banyak tersebar di tiap angkatan, TNI selalu dalam kondisi siaga perang.
2. Punya banyak kesatuan siap serbu tempur
Ini salah satu keunggulan Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara-negara berkembang lainya. Bila dihitung bijian, Indonesia hanya kalah dari Amerika dan China dari jumlah kesatuan khusus siap tempur serbu.
Catat nggih, siap tempu serbu, artinya siap menerima komando untuk menyerbu sasaran, bukan hanya menghalau serangan.
Dari yang terlihat saja, mulai dari Kopassus, Kopaska, Kopaskhas lalu ditambah Kostrad. Mereka adalah prajurit yang menu harianya adalah siaga serbu tempur. Berat badan melar, fisik menurun langsung diturunkan.
Jumlahnya? tentu harus dirahasiakan. Tapi diperkirakan 50% dari total personil TNI.
50% personil dalam kondisi siaga perang? eit itu belum termasuk unit detasemen khusus yang lebih siaga lagi. Seperti di AL ada Denjaka dan Hantu Laut/Yontaibi Marinir (nomer 3 dunia)
Maka enggak heran jika negara-negara tetangga sering rewel bila TNI menambah persenjataan. Lha wong orangnya saja siap perang, lha kok pegang senjata baru.
3. Non Blok
Ini yang repot. Setelah era perang dingin, negara-negara nonblok banyak yg berpaling ke rusia-china.
Kasus Syiria adalah bukti bahwa USA sangat takut berhadapan dengan Rusia.
Di tengah krisis Amerika yg masih berlangsung. Kelakuan Rusia-China akhir-akhir ini semakin berani. Seperti kasus Ukraina.
Penutup.
Dalam militer alusista/ alat utama sistem pertahanan memang penting. Tapi ke-siaga-an pasukan lebih diwaspadai musuh.
Libya dan Irak sangat mudah dihancurkan karena pasukan tempur dua negara itu tidak dalam kondisi siaga perang. Ditambah fakta bahwa mereka hanya punya masing-masing 1 group pasukan khusus yang siaga perang. Garda Nasional dan Garda Revolusi.
Lha Indonesia? banyak mas brooo. Sila pilih mau Kopassus atau Kopaska atau Kopaskhas yang semuanya punya kemampuan darat-udara-laut yang sama. Kalau masih kurang, ada detasemen khusus dan Batalyon inti di tiap kesatuan yang kemampuanya juga nomer wakid.
Makanya kadang heran saja, klo ada orang Indonesia yg meremehkan kekuatan TNI.
sumber : http://roda2blog.com/2014/03/03/kenapa-militer-indonesia-ditakuti-karena-selalu-siaga-tempur/
Ini memang aneh, dalam kondisi damai dan tidak dalam kondisi konfrontasi dengan negara manapun tapi militer Indonesia selalu dalam kondisi siap siaga perang.
Mulai dari tingkat Batalyon sampai (terutama) pasukan komando khusus. Dan yg paling misterius adalah unit detasemen inti khusus (contoh: Denjaka AL) yang banyak tersebar di tiap angkatan, TNI selalu dalam kondisi siaga perang.
2. Punya banyak kesatuan siap serbu tempur
Ini salah satu keunggulan Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara-negara berkembang lainya. Bila dihitung bijian, Indonesia hanya kalah dari Amerika dan China dari jumlah kesatuan khusus siap tempur serbu.
Catat nggih, siap tempu serbu, artinya siap menerima komando untuk menyerbu sasaran, bukan hanya menghalau serangan.
Dari yang terlihat saja, mulai dari Kopassus, Kopaska, Kopaskhas lalu ditambah Kostrad. Mereka adalah prajurit yang menu harianya adalah siaga serbu tempur. Berat badan melar, fisik menurun langsung diturunkan.
Jumlahnya? tentu harus dirahasiakan. Tapi diperkirakan 50% dari total personil TNI.
50% personil dalam kondisi siaga perang? eit itu belum termasuk unit detasemen khusus yang lebih siaga lagi. Seperti di AL ada Denjaka dan Hantu Laut/Yontaibi Marinir (nomer 3 dunia)
Maka enggak heran jika negara-negara tetangga sering rewel bila TNI menambah persenjataan. Lha wong orangnya saja siap perang, lha kok pegang senjata baru.
3. Non Blok
Ini yang repot. Setelah era perang dingin, negara-negara nonblok banyak yg berpaling ke rusia-china.
Kasus Syiria adalah bukti bahwa USA sangat takut berhadapan dengan Rusia.
Di tengah krisis Amerika yg masih berlangsung. Kelakuan Rusia-China akhir-akhir ini semakin berani. Seperti kasus Ukraina.
Penutup.
Dalam militer alusista/ alat utama sistem pertahanan memang penting. Tapi ke-siaga-an pasukan lebih diwaspadai musuh.
Libya dan Irak sangat mudah dihancurkan karena pasukan tempur dua negara itu tidak dalam kondisi siaga perang. Ditambah fakta bahwa mereka hanya punya masing-masing 1 group pasukan khusus yang siaga perang. Garda Nasional dan Garda Revolusi.
Lha Indonesia? banyak mas brooo. Sila pilih mau Kopassus atau Kopaska atau Kopaskhas yang semuanya punya kemampuan darat-udara-laut yang sama. Kalau masih kurang, ada detasemen khusus dan Batalyon inti di tiap kesatuan yang kemampuanya juga nomer wakid.
Makanya kadang heran saja, klo ada orang Indonesia yg meremehkan kekuatan TNI.
sumber : http://roda2blog.com/2014/03/03/kenapa-militer-indonesia-ditakuti-karena-selalu-siaga-tempur/
Jika Perang, Indonesia diprediksi mampu kalahkan Australia
Mengapa Australia begitu takut dengan Indonesia? Mengapa negeri tetangga yang semula dianggap kawan, kini dipandang lawan oleh sebagian besar rakyat Indonesia sebab menyadap Presiden SBY dan beberapa pejabat penting RI, begitu khawatir dengan Indonesia?
Sukhoi Su-30 MK2 TNI AU |
Dalam latihan dengan sandi Pitch Black 2012 ini
di ikuti oleh angkatan udara dari Australia, Amerika Serikat,
Singapura, Indonesia dan Thailand. Pada latihan ini juga di simulasikan
pertarungan udara antar angkatan udara yang terlibat dalam latihan
ini.
Dalam latihan ini juga melibatkan sekitar 94 pesawat, dimana diantaranya Australia dengan F/A-18 Super Hornet dan F/A-18 Hornet, Singapura dengan F-16 C/D dan F-15 mereka, Thailand dengan F-16 A/B mereka. Amerika Serikat sepertinya juga mengikutkan F/A-18 C Hornet milik US Navy. Indonesia sendiri mengirimkan Sukhoi dalam latihan ini. Selain pesawat Fighter, masing-masing AU juga menyertakan beberapa pesawat pendukung lainnya, seperti Singapura yang mengikutkan pesawat KC-135 Refulling Aircraft dan Gulfstream G550, Australia mengikutkan C-17, C-130 dan Wedgetail AEW&C, Indonesia mengikutkan C-130 serta Amerika Serikat mengikutkan KC-130 J. Dari list pesawat yang turut serta dalam latihan ini, bisa dikatakan bahwa skala latihan ini bisa dikatakan adalah sebuah latihan yang sangat besar.
F/A-18F Super Hornet Australia |
Dari semua Fighter yang turut serta dalam
latihan ini bisa dikatakan merupakan pesawat-pesawat kelas wahid yang
menjadi tulang punggung masing-masing negara. Australia mengeluarkan
pesawat terbaik milik mereka saat ini yaitu F/A-18 Super Hornet.
Singapura juga mengikutsertakan Heavy Fighter mereka yaitu F-15 SG.
Angkatan Laut Amerika Serikat juga tidak mau ketinggalan dengan F/A-18 C
Hornet mereka. Thailand juga menyertakan F-16 A/B mereka. Namun yang
paling menarik sebenarnya bukan list pesawat dari negara-negara
tersebut, malah yang menarik perhatian adalah Indonesia yang menurunkan
jet Fighter terbaiknya yaitu Sukhoi.
SU-30MK2 Indonesia |
Jet tempur Sukhoi SU27 SKM
dirancang memiliki kemampuan sergap superioritas udara dengan jelajah
jarak jauh. Selain keunggulan udara jet tempur ini dengan kemampuan
multiperannya mampu melakukan serangan terhadap sasaran di darat dengan
peluru kendali atau bom pintar. Teknologi tempur Sukhoi 27 SKM dari
pabriknya Knaapo di Rusia sangat menggentarkan karena mampu membawa
rudal udara ke udara RVV-AE active radar homing, rudal udara ke
permukaan KH- 29T(TE), KH-29L, KH-31P, KH-31A dan bom pintar jenis KAB
500Kr dan KAB-1500Kr. Sukhoi SU 27SKM dan SU30 MK2 telah dilengkapi
dengan instrumen isi ulang BBM di udara sehingga kemampuan jelajah
tempurnya semakin jauh.
Dengan sekali isi
ulang avtur Sukhoi SU27 SKM dan SU30 MK2 mampu mencapai jelajah 5400 km,
sebuah jelajah tempur yang menakjubkan. Instrumen avionik di kokpit
berupa layar kaca MLD (Multifunction Liquid-crystal Display) dan HUD
(Head Up Display). Sistem navigasi terintegrasi dengan sistem satelit
Glonass dan Navstar demikian juga dengan RWR (Radar Warning Receiver)
yang berfungsi mengendalikan tembakan rudal anti radiasi KH-31P.
Penggunaan IRST (Infrared Search and Track Device) yang mampu
menembakkan rudal laser beam riding sudah tersedia di Sukhoi SU27 SKM.
Teknologi
tempur yang dikandung pada Jet tempur Sukhoi SU27 SKM dan SU30 MK2
mampu mendeteksi, mengunci dan menyerang sasaran 360 derajat dengan
segala cuaca. Cantelan beragam persenjataan Sukhoi mampu menggotong
sampai 12 jenis senjata mulai dari rudal udara ke udara, rudal udara ke
darat, roket dan bom. Selain kemampuan serang darat yang dimiliki
Sukhoi SU30 MK2 perbedaan lain yang membedakan keduanya adalah SU27 SKM
memiliki 1 kursi pilot sedangkan SU30 MK2 memiliki 2 kursi pilot.
Kecanggihan teknologi Sukhoi tentu mampu menyetarakan kemampuan pilot
TNI AU dengan pilot jet tempur canggih lainnya seperti F15 SG Singapura
dan Super Hornet Australia.
Keikutsertaan Sukhoi Indonesia dalam latihan Pitch Black 2012 ini begitu menarik perhatian banyak pihak. Tidak hanya bagi Indonesia dan Australia dan negara peserta Picth Black 2012 lainnya, namun negara lain juga menaruh perhatian besar atas keikutsertaan Sukhoi ini. Bahkan keikutsertaan Sukhoi ini lebih menjadi bahan berita yang menonjol di bandingkan dengan keikutsertaan F/A-18 Hornet US Navy maupun F-15 SG Singapura. Kenapa Sukhoi begitu menarik perhatian? Jawabannya adalah karena Sukhoi ini adalah satu-satunya jet Fighter peserta latihan yang bukan buatan negara Barat. Jika fighter lainnya adalah buatan Amerika Serikat, maka Sukhoi adalah buatan Rusia. Selain itu, yang membuatnya menarik adalah ini adalah pertama kalinya Indonesia mengikutsertakan Sukhoi dalam latihan dengan negara lain. Biasanya Indonesia hanya menyertakan F-16 A/B dalam latihan dengan negara lain atau malah terkadang menggunakan F-5 E/F.
Kenapa Indonesia mengutus Sukhoi, bukan F-16?
Indonesia mengutus 4 Sukhoi-30 untuk mengikuti latihan Pitch Black 2012 ini di Australia. 4 Sukhoi ini, pasti ada Su-30 MK2 (mengingat jumlah Sukhoi-30 tahun 2012 kemarin Indonesia hanya 5 pesawat yang terdiri dari 2 Su-30 MK dan 3 Su-30 MK2). Keikutsertaan Su-30 MK2 dalam latihan ini menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar mengutus fighter kelas satu Indonesia kesana. Namun ada berita baik (mungkin buruk juga), Indonesia tidak mengutus Sukhoi-27 SKM yang merupakan salah satu pesawat Air Superiority terbaik di dunia saat ini.
Pilot Pesawat Tempur Sukhoi TNI AU |
Lalu pertanyaannya adalah, kenapa
Indonesia mengutus Sukhoi-30 bukan F-16 A/B seperti yang biasanya
dilakukan oleh TNI AU? Banyak sekali factor yang bisa mempengaruhi
keputusan ini. Pihak Indonesia dalam hal ini Kemenhan dan TNI AU pasti
sudah memiliki pemikiran yang matan dan sudah mempertimbangkan baik
buruknya menyertakan Sukhoi ini. Nah dari beberapa rilis media yang saya
baca, pihak TNI AU ingin mengasah kemampuan pilot-pilot Sukhoi dengan
melakukan latihan dengan pesawat-pesawat yang ‘mungkin’ menjadi lawan
sepadan mereka di dalam ‘perang nyata’ dimasa yang akan datang. Selama
ini pilot-pilot Sukhoi belum pernah menghadapi latihan sebesar dengan
lawan seperti ini sebelumnya. Maka keikutsertaan Sukhoi ini akan sangat
bermanfaat bagi angkatan udara Indonesia.
Saya sendiri bertanya-tanya, apakah keikutsertaan Sukhoi ini ada kaitannya dengan Hibah 4 pesawat angkut C-130 H dari Australia ke Indonesia? Tidak ada sumber valid yang bisa dijadikan rujukan untuk menjawab pertanyaan ini, namun kemungkinannya bisa saja terjadi. Namun, benar atau tidak kaitan keduanya, biarlah itu tetap menjadi ranah rahasia negara. Karena terlepas dari ada atau tidaknya kaitan keduanya, keikutsertaan Sukhoi ini tentu memberikan dampak positif bagi TNI AU (disamping dampak negative lain tentunya)
Plus dan Minus dari dampak keikutsertaan Sukhoi dalam Pitch Black 2012.
Keikutsertaan Sukhoi ini pasti memiliki dampak yang positif bagi angkatan udara Indonesia, namun dilain sisi juga bisa memberikan dampak negative bagi Angkatan Udara Indonesia juga. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, keikutsertaan sukhoi ini akan memberikan dampak Positif bagi Indonesia, dimana armada Sukhoi mendapat kesempatan untuk berlatih dengan lawan yang sepadan dari banyak negara sekaligus. Ini akan menambah pengalaman dan juga memberikan pelajaran berharga bagi TNI AU. Namun di baliknya, dampak negatifnya juga bisa ada. Salah satunya adalah negara lain peserta Picth Black juga akan mendapat kesempatan mengetahui karakteristik dari Sukhoi ini secara langsung. Jika selama ini mereka hanya bisa mengamati Sukhoi dari ‘kejauhan’, maka sekarang Sukhoi ada bersama mereka. Tentunya, mereka akan memanfaatkan moment ini untuk mencari dan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai kehebatan dan kelemahan Sukhoi Indonesia ini.
Namun apaun di balik plus dan minus nya, kita perlu memberikan apresiasi atas ikutnya Sukhoi ini dalam Picth Black ini. Jika negara lain akan mendapatkan kesempatan mengenal Sukhoi Indonesia, maka Sukhoi Indonesia juga mendapat kesempatan yang juga besar untuk mengenal fighter-fighter negara lain seperti F-15 Singapura, F/A-18 Hornet dan Super Hornet. Mudah-mudahan Picth Black ini akan memberikan dampak positif bagi TNI AU.
Sukhoi Indonesia Vs Super Hornet Australia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Australia sudah lama menaruh perhatian besar terhadap kehadiran Flanker Familiy di Indonesia. Bahkan ada rumor berkembang yang mengatakan bahwa Australia ‘keberatan’ dengan rencana Indonesia mengakuisis 1 Skuadron Su-30 KI sekitar tahun 1997 dulu. Rencana ini akhirnya batal, karena krisis moneter akhirnya menyerang Indonesia. Kontrak pembelian 1 Skuadron Su-30 KI ketika itu akhirnya batal. Namun tidak hanya sampai disitu, ketika Indonesia pertama sekali mendatangkan 4 Sukhoi (2 Su-27 SK dan 2 Su-30 MK), Australia juga menaruh perhatian besar atasnya. Ditambah lagi ketika Indonesia menambah jumlah Sukhoi menjadi 10 pesawat dengan mendatangkan 6 Sukhoi (3 Su-30 MK3 dan 3 Su-27 SKM) pada 2009 dan 2010 lalu. Ditambah lagi fakta bahwa saat ini Indonesia juga sudah memesan 6 Su-30 MK2 dari Rusia.
Saya sendiri bertanya-tanya, apakah keikutsertaan Sukhoi ini ada kaitannya dengan Hibah 4 pesawat angkut C-130 H dari Australia ke Indonesia? Tidak ada sumber valid yang bisa dijadikan rujukan untuk menjawab pertanyaan ini, namun kemungkinannya bisa saja terjadi. Namun, benar atau tidak kaitan keduanya, biarlah itu tetap menjadi ranah rahasia negara. Karena terlepas dari ada atau tidaknya kaitan keduanya, keikutsertaan Sukhoi ini tentu memberikan dampak positif bagi TNI AU (disamping dampak negative lain tentunya)
Plus dan Minus dari dampak keikutsertaan Sukhoi dalam Pitch Black 2012.
Keikutsertaan Sukhoi ini pasti memiliki dampak yang positif bagi angkatan udara Indonesia, namun dilain sisi juga bisa memberikan dampak negative bagi Angkatan Udara Indonesia juga. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, keikutsertaan sukhoi ini akan memberikan dampak Positif bagi Indonesia, dimana armada Sukhoi mendapat kesempatan untuk berlatih dengan lawan yang sepadan dari banyak negara sekaligus. Ini akan menambah pengalaman dan juga memberikan pelajaran berharga bagi TNI AU. Namun di baliknya, dampak negatifnya juga bisa ada. Salah satunya adalah negara lain peserta Picth Black juga akan mendapat kesempatan mengetahui karakteristik dari Sukhoi ini secara langsung. Jika selama ini mereka hanya bisa mengamati Sukhoi dari ‘kejauhan’, maka sekarang Sukhoi ada bersama mereka. Tentunya, mereka akan memanfaatkan moment ini untuk mencari dan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai kehebatan dan kelemahan Sukhoi Indonesia ini.
Namun apaun di balik plus dan minus nya, kita perlu memberikan apresiasi atas ikutnya Sukhoi ini dalam Picth Black ini. Jika negara lain akan mendapatkan kesempatan mengenal Sukhoi Indonesia, maka Sukhoi Indonesia juga mendapat kesempatan yang juga besar untuk mengenal fighter-fighter negara lain seperti F-15 Singapura, F/A-18 Hornet dan Super Hornet. Mudah-mudahan Picth Black ini akan memberikan dampak positif bagi TNI AU.
Sukhoi Indonesia Vs Super Hornet Australia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Australia sudah lama menaruh perhatian besar terhadap kehadiran Flanker Familiy di Indonesia. Bahkan ada rumor berkembang yang mengatakan bahwa Australia ‘keberatan’ dengan rencana Indonesia mengakuisis 1 Skuadron Su-30 KI sekitar tahun 1997 dulu. Rencana ini akhirnya batal, karena krisis moneter akhirnya menyerang Indonesia. Kontrak pembelian 1 Skuadron Su-30 KI ketika itu akhirnya batal. Namun tidak hanya sampai disitu, ketika Indonesia pertama sekali mendatangkan 4 Sukhoi (2 Su-27 SK dan 2 Su-30 MK), Australia juga menaruh perhatian besar atasnya. Ditambah lagi ketika Indonesia menambah jumlah Sukhoi menjadi 10 pesawat dengan mendatangkan 6 Sukhoi (3 Su-30 MK3 dan 3 Su-27 SKM) pada 2009 dan 2010 lalu. Ditambah lagi fakta bahwa saat ini Indonesia juga sudah memesan 6 Su-30 MK2 dari Rusia.
Sekarang, kehadiran Sukhoi yang bermarkas di Makassar, akan membuat Australia berpikir berulang kali sebelum memutuskan untuk memprovokasi Indonesia lagi. Dulu mereka berani mengirimkan F-18 karena tau Indonesia ‘hanya’ di jaga Hwak-209 (F-16 A/B dan F-5 mengalami penurunan karena spare part di embargo Amerika). Sekarang mereka tidak akan berani mengirimkan F-18 mereka untuk menghadapi Sukhoi Indonesia jiga tujuannya hanya untuk melakukan provokasi seperti dahulu kala.
Nah saat ini Australia merasakan bahwa Sukhoi Indonesia merupakan lawan terberat mereka saat ini, dan fakta bahwa dari segi kedekatan geografis, Indonesia adalah negara yang paling bisa memberikan ancaman nyata bagi mereka. Dan dilain sisi, Australia dan Indonesia sering sekali mengalami perbedaan pandangan dalam berbagai masalah seperti masalah Timor Timur, dan masalah teritori kedua negara, yang memungkinkan Indonesia dan Australia mengalami konflik suatu saat ini. Nah jika terjadi konflik saat ini, maka bisa dipastikan bahwa Australia harus mengandalkan F/A-18 Super Hornet mereka untuk menghadapi armada Sukhoi Indonesia.
Nah inilah yang ingin sekali di simulasikan oleh Australia dalam latihan Picth Black 2012 ini. Media dan public Australia begitu sangat tertarik untuk mengetahui apakah armada Super Hornet mereka bisa mengalahkan armada Sukhoi Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari pendapat beberapa analisis militer Australia yang mengtakan bahwa Australia akan menghadapi masalah besar jika harus menghadapi Sukhoi Indonesia. Belum lagi ambisi Australia yang ingin mejadi kekuatan militer di kawasan Facifik yang mungkin akan harus berhadapan dengan India dan China. Kita tau, bahwa baik China dan India juga mengandalkan armada Sukhoi dalam angkatan udara mereka. Sukhoi India mungkin sedikit berbeda dengan Sukhoi Indonesia, namun Sukhoi China bisa dikatakan merupakan ‘kembaran’ Sukhoi Indonesia. Nah dengan melakukan latihan antara F/A-18 Super Hornet mereka dengan Sukhoi Indonesia, Australia mendapatkan manfaat besar karena selain mengetahui kekuatan Indonesia, mereka juga mendapatkan gambaran umum mengenai kekuatan armada Sukhoi India dan China sekaligus.
Namun bagi Indonesia sendiri tidak sedikit yang diperoleh dari latihan Pitch Black ini. Selain menghadapi Super Hornet Australia, Indonesia juga mungkin akan mencicipi kesempatan menghadapi kekuatan Angkatan Udara Singapura. Kesempatan mengadu Sukhoi Indonesia dengan F-16 C/D dan F-15 SG Singapura adalah sebuah kesempatan berharga bagi TNI AU. Selain itu juga, kesempatan mengadu Su-30 dengan F/A-18 Hornet milik US Navy adalah sebuah kesempatan berharga sehingga TNI AU bisa belajar banyak dari latihan ini nantinya. Kesempatan Sukhoi menghadapi ‘calon lawan’ mereka di ‘konflik’ di masa yang akan datang akan membuat TNI AU belajar banyak darinya.
Sekarang mari kita berdoa agar latihan Picth Black ini akan memberikan banyak hal positif bagi TNI AU. Selain itu, mudah-mudahan TNI AU juga tidak terlalu ‘lugu’ dengan membuka semua rahasia di balik Sukhoi Indonesia ini. Saya berharap dan saya percaya, bahwa TNI AU tidak akan membuka semua tabir gelap mengenai Sukhoi Indonesia ini.
sumber : http://triasutrisna.blogspot.com/2013/11/jika-perang-indonesia-diprediksi-mampu.html
Video Rasis: Bukan Kali Ini Saja Malaysia Berulah di Sepak Bola
Pada buku The Killers: Ayam Jantan Berkokok Lagi, terdapat anekdot
soal masih bingungnya orang Malaysia pada orang Indonesia soal istilah
penyebutan nama sepak bola. Mereka menyebut sepak bola dengan bola
sepak.
Kita boleh saja tertawa. Tapi, anekdot itu seakan menggambarkan pada kita tentang perseteruan dengan Malaysia. Tidak hanya berseteru soal istilah, sosial-budaya, politik, tapi juga hingga ke dunia olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas. Khusus di lapangan hijau, Malaysia kerap berulah meski beberapa kali ditolong oleh Indonesia.
Tahun 1969, misalnya, kejuaran sepak bola Merdeka Games berada dalam bahaya akibat kerusuhan rasial di Kuala Lumpur. Efeknya, jadwal turnamen kebanggan mereka itu diundur dan pengunduran jadwal itu berdampak pada semakin dekatnya waktu penyelenggaraan King’s Cup di Bangkok, yang rencananya juga diikuti oleh timnas Indonesia sebagai juara bertahan. (Drama itu bernama sepak bola, Arief Natakusumah).
Namun, karena perlu memulihkan citra di mata Internasional, Malaysia tetap ngotot mencari solusinya. Akhirnya mereka merengek, meminta bantuan pada Indonesia, dalam hal ini PSSI, agar tetap mengirim timnas A-nya (PSSI Harimau).
Alasannya amat politis. Dengan kehadiran tim nasional Indonesia, yang waktu itu cukup disegani di Asia, dengan shahih mereka mengklaim pada dunia bahwa KL telah aman dari keributan.
Selaku “abang tua”, Indonesia cukup lunak terhadap Malaysia. PSSI akhirnya mengirimkan timnas A-nya. Padahal rencana awal, timnas yang disiapkan untuk Merdeka Games ialah timnas B (PSSI Banteng). Sejarah mencatat, Indonesia sukses menjuarai Merdeka Games, tapi tidak untuk mempertahankan titel juara King’s Cup di Bangkok, Thailand.
Begitu baiknya Indonesia terhadap Malaysia ketika itu, sehingga Indonesia melupakan peristiwa satu dekade sebelumnya. Pasca PSSI berhasil meraih medali perunggu Asian Games 1958 di Tokyo, Jepang, Malaysia memanggil pulang pelatih Choo Seng Que, orang Singapura yang melatih Indonesia pertama kali. Saat itu Singapura masih bagian dari Malaysia. Di kemudian hari, “Uncle Choo” disebut sebagai “the greatest postwar coach in Malaysia-Singapore”.
Keluar sedikit dari lapangan hijau, di arena karate pada medio 2007, Malaysia juga membuat ulah. Ketua Dewan Wasit Karate Indonesia, Donald Pieters, dipukuli oleh oknum polisi Malaysia. Akibatnya, Donald harus mendapat perawatan serius. Sayangnya, hingga kini tak jelas kelanjutan dari kasus tersebut. (Antaranews.com, Senin, 27 Agustus 2007).
Kini, seakan lupa oleh belas kasih “abang tua”-nya, suporter Malaysia berulah. Menjelang laga hidup-mati Indonesia versus Malaysia pada hari Sabtu, 02/12/2012, beredar video rasis yang diidentifikasi sebagai suporter Malaysia. Dalam video yang beredar luas di situs Youtube itu terlihat suporter Malaysia menyanyikan yel-yel yang menyamakan bangsa ini dengan binatang.
Parahnya, ternyata aksi rasis tersebut bukan untuk pertama kalinya. Dari penelusuran media online, Beritasatu.com, suporter Malaysia pernah juga menyanyikan yel-yel bernada penghinaan terhadap Indonesia pada saat timnas Malaysia bertanding melawan Suriah di Stadion Bukit Jalil.
Mengingat betapa “kurang ajarnya” yel-yel rasis suporter Malaysia dan aksi pemukulan terhadap para suporter Indonesia, maka sudah sewajarnya “abang tua” yang selalu mengalah pada adiknya untuk menjewer adiknya yang kurang ajar itu. Bahkan bila perlu, sang adik harus digebuk, minimal sebagai pelajaran.
Dan waktu yang tepat untuk menjewer dan menggebuk sang adik, Malaysia, ialah di lapangan hijau. Yaitu pada saat Indonesia bertemu dengan Malaysia pada laga hidup-mati di stadion Bukit Jalil, Sabtu, 02/12/2012.
Selamat “menjewer” Garuda-ku! “Sang adik” harus dijewer agar mengingat belas kasih “abang tua”-nya. Kami, dari Bandung, selalu mendukung PSSI dan tim nasional Indonesia.
Kita boleh saja tertawa. Tapi, anekdot itu seakan menggambarkan pada kita tentang perseteruan dengan Malaysia. Tidak hanya berseteru soal istilah, sosial-budaya, politik, tapi juga hingga ke dunia olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas. Khusus di lapangan hijau, Malaysia kerap berulah meski beberapa kali ditolong oleh Indonesia.
Tahun 1969, misalnya, kejuaran sepak bola Merdeka Games berada dalam bahaya akibat kerusuhan rasial di Kuala Lumpur. Efeknya, jadwal turnamen kebanggan mereka itu diundur dan pengunduran jadwal itu berdampak pada semakin dekatnya waktu penyelenggaraan King’s Cup di Bangkok, yang rencananya juga diikuti oleh timnas Indonesia sebagai juara bertahan. (Drama itu bernama sepak bola, Arief Natakusumah).
Namun, karena perlu memulihkan citra di mata Internasional, Malaysia tetap ngotot mencari solusinya. Akhirnya mereka merengek, meminta bantuan pada Indonesia, dalam hal ini PSSI, agar tetap mengirim timnas A-nya (PSSI Harimau).
Alasannya amat politis. Dengan kehadiran tim nasional Indonesia, yang waktu itu cukup disegani di Asia, dengan shahih mereka mengklaim pada dunia bahwa KL telah aman dari keributan.
Selaku “abang tua”, Indonesia cukup lunak terhadap Malaysia. PSSI akhirnya mengirimkan timnas A-nya. Padahal rencana awal, timnas yang disiapkan untuk Merdeka Games ialah timnas B (PSSI Banteng). Sejarah mencatat, Indonesia sukses menjuarai Merdeka Games, tapi tidak untuk mempertahankan titel juara King’s Cup di Bangkok, Thailand.
Begitu baiknya Indonesia terhadap Malaysia ketika itu, sehingga Indonesia melupakan peristiwa satu dekade sebelumnya. Pasca PSSI berhasil meraih medali perunggu Asian Games 1958 di Tokyo, Jepang, Malaysia memanggil pulang pelatih Choo Seng Que, orang Singapura yang melatih Indonesia pertama kali. Saat itu Singapura masih bagian dari Malaysia. Di kemudian hari, “Uncle Choo” disebut sebagai “the greatest postwar coach in Malaysia-Singapore”.
Keluar sedikit dari lapangan hijau, di arena karate pada medio 2007, Malaysia juga membuat ulah. Ketua Dewan Wasit Karate Indonesia, Donald Pieters, dipukuli oleh oknum polisi Malaysia. Akibatnya, Donald harus mendapat perawatan serius. Sayangnya, hingga kini tak jelas kelanjutan dari kasus tersebut. (Antaranews.com, Senin, 27 Agustus 2007).
Kini, seakan lupa oleh belas kasih “abang tua”-nya, suporter Malaysia berulah. Menjelang laga hidup-mati Indonesia versus Malaysia pada hari Sabtu, 02/12/2012, beredar video rasis yang diidentifikasi sebagai suporter Malaysia. Dalam video yang beredar luas di situs Youtube itu terlihat suporter Malaysia menyanyikan yel-yel yang menyamakan bangsa ini dengan binatang.
Parahnya, ternyata aksi rasis tersebut bukan untuk pertama kalinya. Dari penelusuran media online, Beritasatu.com, suporter Malaysia pernah juga menyanyikan yel-yel bernada penghinaan terhadap Indonesia pada saat timnas Malaysia bertanding melawan Suriah di Stadion Bukit Jalil.
Mengingat betapa “kurang ajarnya” yel-yel rasis suporter Malaysia dan aksi pemukulan terhadap para suporter Indonesia, maka sudah sewajarnya “abang tua” yang selalu mengalah pada adiknya untuk menjewer adiknya yang kurang ajar itu. Bahkan bila perlu, sang adik harus digebuk, minimal sebagai pelajaran.
Dan waktu yang tepat untuk menjewer dan menggebuk sang adik, Malaysia, ialah di lapangan hijau. Yaitu pada saat Indonesia bertemu dengan Malaysia pada laga hidup-mati di stadion Bukit Jalil, Sabtu, 02/12/2012.
Selamat “menjewer” Garuda-ku! “Sang adik” harus dijewer agar mengingat belas kasih “abang tua”-nya. Kami, dari Bandung, selalu mendukung PSSI dan tim nasional Indonesia.
Sejarah ULTRAS dan ULTRAS INDONESIA
Sejarah ULTRAS dan ULTRAS INDONESIA
Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian ‘di luar kebiasaan’. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion.
“As an ultra I identify myself with a particular way of life. We are different from ordinary supporters because of our enthusiasm and excitement. This means, obviously, rejoicing and suffering much more acutely than everybody else “.
Nukilan kalimat dari seorang anggota Brigate Rossonere, salah satu ultras AC Milan, membantu kita untuk mengenali fenomena ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi) biasa melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang mengidentifikasikan secara sungguh-sungguh dengan segenap hasrat dan melibatkan dengan amat dalam sisi emosionalnya pada klub yang mereka dukung.
Ultras mempelopori suporter yang amat terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung ‘teatrikal’ yang kemudian menjalar ke negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu mendominasi di Prancis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada suporter Denmark ‘Roligans’, beberapa kelompok suporter tim nasional Belanda dan bahkan suporter Skotlandia ‘Tartan Army’
Model tersebut masyhur karena menampilkan pertunjukan-pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang terkoordinir, kibaran aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan bom asap warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang CapoTifoso yang menggunakan megaphones untuk memandu selama jalannya pertandingan.
Dalam tradisi calcio, ultras adalah “baron” dalam stadion. Mereka menempati dan menguasai salah satu sisi tribun stadion, biasanya di belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord (utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu.
Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah (Alm.) Fossa dei Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada tahun 1968. Setahun kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival, Internazionale Milan, membuat tandingan yaitu Inter Club Fossati yang kemudian berubah nama menjadi Boys S.A.N (Squadre d’Azione Nerazzurra). Fenomena ultras sempat surut dan muncul lagi untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi megahnya pada pertengahan tahun 1980-an.
Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil “melestarikan” paham-paham tua seperti facism, dankomunism socialism
.
Mayoritas ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologis daripada perbedaan klub kesayangan. Untungnya, dalam tradisi Ultras di Italia terdapat kode etik yang namanya Ultras codex. Salah satu fungsi kode etik itu “mengatur” pertempuran antar ultras tersebut bisa berlangsung lebih fair dan “berbudaya”. Salah satu etika itu adalah dalam hal bukti kemenangan, maka bendera dariultras yang kalah akan diambil oleh ultras pemenang. Kode etik lainnya ialah, seburuk apapun paratifosi itu mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.
Dewasa ini, ultras kerap dipandang sebagai lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini. Kesamaan-kesamaan itu tampak pada nyanyian lagu - yang umumnya digubah dari lagu–lagu komunis tradisional - lambaian bendera dan panji, kesetiaan sepenuh hati pada kelompok dan perubahan sekutu dengan ultras lainnya, dan, tentunya, keikutsertaan dalam kekacauan dan kekerasan baik antara mereka sendiri dan melawan polisi!
Bentrok dengan polisi menjadi salah satu tabiat asli ultras. Bagi ultras, polisi adalah hal yang diharamkan alias A.C.A.B (All Cops Are Bastar*s). Sebulan sebelum Sandri terbunuh, muncul klaim dari pihak polisi yang menyatakan bahwa tak kurang dari 268 kelompok ultra dengan aspirasi politik, semuanya memiliki semangat kebencian pada polisi. Selain itu, masih menurut polisi, mayoritas kelompok tersebut berhubungan dengan gerakan ekstrim kanan yang fasis.
Tak hanya polisi, manajemen klub, staff pelatih dan bahkan pemain juga pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari ultras. Beberapa kelompok Ultras dalam menjamin dukungannya (terutama dalam pertandingan tandang), memaksa klub untuk memberi jatah tiket gratis, keuntungan perjalanan, dan bahkan hak atas merchandise. Ketegangan dengan pihak klub kerap berujung boikot dukungan pertandingan di kandang.
Namun sebenarnya ultras tidak seseram yang dibayangkan. Bahkan dibandingkan dengan Hools (FIRM) di inggris. Karena sebenarnya ultras menjauhi yang namanya keributan. (walaupun ada yg suka nyari masalah).Dan tidak semua kelompok ultras berafiliasi politik. memang ada yang kanan, kiri, merah, dsb…Tapi yang tidak bermain politik juga ada.
Pelatih atau manajer yang mundur (bukan karena dipecat manajemen klub) biasanya adalah produk dari tekanan ultras. Dari pihak pemain, Christian “Bobo” Vieri pernah mengalami teror fisik dari ultrasInter, termasuk dirusaknya salah satu properti bisnisnya, karena dianggap berkurang kadar loyalitasnya pada tim.
Dengan kemegahan dan kesuramannya ultras adalah fenomena khas Italia, representasi masyarakat Italia, dan identitas calcio. Seperti halnya kualitas Lega Serie A yang menjadi kiblat dunia sepak bola, seperti sistem catenaccio yang mengilhami banyak pelatih di dunia, maka aksi ultras di stadion pun menjadi rujukan dan referensi bagi suporter-suporter negara lain, termasuk kelompok suporter di Indonesia.
Suporter Indonesia Rasa Ultras
Suporter di Indonesia sedang berada dalam periode bertumbuh. Dalam lima tahun terakhir ini, muncul kelompok-kelompok suporter terorganisir. Suatu fenomena yang berdampak amat positif bagi perkembangan sepak bola nasional. Kehadiran kelompok suporter ini sedikit banyak merubah gaya dukung dan pola perilaku penonton di lapangan. Secara keseluruhan, berdampak pada industri sepak bola nasional yang lebih semarak dan berwarna.
Tak bisa dipungkiri aksi-aksi kreatif kelompok suporter di Indonesia ini mengadopsi gaya suporter luar negeri. Meski di kemudian hari, terjadi proses kreatif dengan lebih banyak menampilkan produk budaya lokal. Suporter luar negeri yang menginspirasi itu bisa dari Barras Bravas (Argentina/Amerika Latin),Roligan (Denmark), Tartan Army (Skotlandia) dan tentunya Italian Ultras!
Kentalnya budaya ultras bisa dilihat dengan teramat jelas dari atraksi kelompok suporter kita di lapangan. Mulai dari menempati sisi tribun tertentu meski tidak selalu di belakang gawang. Namun yang konsisten di sekitar belakang gawang diantaranya yaitu ,Utras Persija,Orange Street Boys(Persija),Slemania (PSS Sleman), dan Brajamusti (PSIM Jogjakarta), sedangkan beberapa kelompok suporter lainnya lebih suka di tribun tengah menghadap kamera! Menggunakan istilah asing (Ultras) terkadang tidak juga salah asal mengerti dan paham mengenai istilah tersebut. Ultras yang dipakai lebih ke mentalitasnya.. nilai2nya… Saat supporter berdiri 90 menit dan meneriakkan lagu2 pembangkit semangat (bukan lagu2 cacian kepada suatu kelompok), tak peduli hasil yang dicapai,itu juga merupakan bagian dari nilai2 ultras… saat anda melakukan koreografi2 memukau, itu bagian dari nilai2 ultras..ataupun saat kami bertempur dengan supporter , itu juga bagian dari nilai2 ultras..yang jelas Ultras tidak akan menyerang jika tidak diserang terlebih dahulu,tidak akan menolong jika tidak diperlukan
Tapi nilai2 itu, pastilah tercampur dengan budaya kita sendiri… terkadang beberapa komunitas di dalam suporter Persija juga menggunakan istilah ultras, walaupun saat mengaku ultras, mereka dengan bangganya berfoto2 menunjukkan identitas mereka, ya mungkin itu pemahaman akan arti ultras oleh mereka…(narsisme)… Di Luar Negri (Italy,Inggris,German,dll) seorang ULTRAS mungkin tidak punya KTA/ID Card atau bahkan kelompok tersebut sampai memiliki AD/ART karena mereka sangat paham arti kata Ultras, alasan mereka datang ke stadion benar-benar dari Hati dan Jiwanya..bukan juga karena UANG…sedangkan di INDONESIA UANG adalah alat detok sempurna untuk sebuah loyalitas..Orang bisa pindah agama,keyakinan,Klub,bahkan Partai.. Bagi saya AGAMA bisa dipeluk oleh ribuan bahkan jutaan umat,TETAPI SEORANG manusia hanya bisa PELUK SATU AGAMA, apabila ada yg percaya selain TUHANnya maka disebut Musyrik Bahkan KAFIR…Team Sepakbola yang saya dukung Bisa didukung oleh puluhan ribu supporter,TETAPI SEORANG SUPPORTER HANYA BISA MEMILIH SATU TEAM SEPAKBOLA SAJA…Tetapi jika mendukung lebih dari satu team,maka bisa disebut orang yang tidak memiliki komitmen atau bahkan bisa dicap Pengkhianat…maka d iIndonesia muncul slogan seperti SATU JAKARTA SATU (PERSIJA) ,SALAM SATU JIWA(AREMA) dll. Pendukung suatu klub tak harus wadah tunggal (seperti Orde Baru). Apalagi saat ini, mereka (kelompok suporter) melengkapi dengan AD/ART bahkan disahkan dengan akte notaris segala. Ujung-ujungnya adalah konflik kepentingan dan potensi dimanfaatkan elit politik. Contoh di SRIWIJAYA FC supporter Singamania dan Beladas, di Persiba ada PFC dan Balistik, di PERSIJAP ada Banaspati dan JETMEN,dll
Nah kalo ultras di Indonesia itu yang hebat, terlalu rapi. Kalo diluar negeri mereka hanya merupakan komunitas ataupun kelompok. Kalo disini, kebanyakan merupakan organisasi yang memiliki AD/ART. Parahnya masyarakat awam tidak bisa membedakan yang mana julukan suporter dengan nama kelompok suporter. Seperti contoh The Jakmania. Yang merupakan organisasi suporter pendukung Persija, tapi sering diartikan sebagai julukan untuk menyebut seluruh suporter Persija. Padahal gak semua suporter Persija adalah anggota The Jakmania. Dan memang tidak semua klub punya julukan bagi suporter mereka.
Dirijen seperti Yuli Sumpil, yang sohor itu adalah manifestasi seorang CapoTifoso. Yuli memiliki wibawa seorang CapoTifoso, apabila ia memerintahkan untuk melakukan suatu gerakan maka akan dipatuhi oleh suporter termasuk (seandainya) memerintahkan mengintimidasi pemain lawan dengan lemparan benda-benda, tetapi apabila ia melarang, maka tidak ada satu pun suporter yang berani melawannya. Walaupun ada yang berpendapat seorang Yuli Sumpil tidak pantas disebut demikian Karena dia “hanya” memimpin Aremania. Beda dengan capo tifoso di curva sud atau nord di Itali misalnya. Yang tidak hanya memimpin kelompoknya, tapi memimpin seluruh kelompok yang ada di curva itu, untuk membentuk koreo yang indah..
Belum lagi kostum yang terkoordinir, dan bentangan spanduk yang di pinggir-pinggir lapangan adalah rasa ultras pada suporter Indonesia. Sayangnya, prestasi tim nasional dan klub-klubnya tak semanis prestasi Squadra Azurri dan wakil-wakil Serie A di Eropa. Pahit getir sepak bola Indonesia terutama sekali saat menilik kelakuan oknum pengurus dibawah kepemimpinan Yang “Terhormat” Nurdin Halid!
Seorang Ultras sejati tidak memiliki nama -hanya teman dekat yang mengetahuinya-. Seorang Ultras sejati tidak dikenal oleh orang lain, kepalanya selalu tertutup oleh “hood”, hidung dan mulutnya selalu ditutup oleh syal. Seorang Ultras sejati tidak mengikuti mode dan hal teranyar lainnya. Saat seorang Ultra berjalan dikeramaian, kendati tanpa logo supporter, dia akan mudah dikenal orang lain.
Seorang Ultra sejati hanya menyerang jika diserang dan akan menolong jika diperlukan. Seorang Ultra sejati tidak akan berhenti kendati tiba di rumah dan membuka syalnya. Ultra Sejati akan selalu bertarung tujuh hari dalam seminggu.
Ultra tua akan memimpin dan memberikan contoh kepada yang muda. Ultra muda harus memberikan rasa hormat kepada yang tua. Ultra muda akan merasa bangga jika berdiri berdampingan dengan yang tua, mereka akan belajar dari kritikan si tua. Yang muda akan bersemangat jika mendapat jabatan tangan erat dari yang tua.
Saat orang normal melihat tingkah laku Ultra, mereka tidak akan mengerti, tetapi Ultra memang tidak ingin dimengerti atau menjelaskan arti keberadaan mereka. Setiap Ultra berbeda; ada yang mengenakan logo supporter atau tim ada juga yang tidak pernah menggunakan keduanya. Ada yang bepergian dalam sebuah kelompok ada yang pergi secara individu.
Kendati berbeda, satu hal yang membuat mereka bersatu adalah kecintaan terhadap klub, hasrat mereka untuk berdiri selama 90 menit tidak peduli hujan atau dingin. Mereka bersatu dan menghangatkan diri dengan teriakan keras dan serempak, bersatu kendati tertidur setengah mabuk di sebuah kereta atau bis yang membawa mereka pada pertandingan tandang, bersatu karena konvoi di pusat kota tim lawan, bersatu karena berbagi sedikit makanan setelah berjam-jam menahan rasa lapar, bersatu karena berbagi sebatang rokok, bersatu karena berpenampilan sama, bersatu karena idealisme, bersatu karena memiliki MENTALITAS yang sama.
Semua hal diatas menyatukan kami sekaligus menjauhkan kami dari bagian dunia yang lain; dari orang tua yang khawatir, dari sepupu yang bodoh, dari teman sekolah atau rekan kerja, dari guru atau bos yang tidak memiliki rasa toleransi. Ultras tidak pernah melakukan vandalisme atau kekerasan tanpa alasan. Ini hanya cara untuk bertahan dari hidup yang sudah terkena krisis masalah sosial, acara televisi yang bodoh, disko yang terus menerus menarik anak muda dan terpenting tindakan represif yang tidak dapat dibenarkan (polisi dan federasi).
Menjadi Ultra adalah seperti ini dan masih banyak lainnya seperti emosi dan hasrat yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain yang tidak mau mengerti atau kepada orang yang biasa memutar kepala dan melanjutkan hidup di balik kaca, orang yang tidak memilik cukup NYALI untuk menghancurkan kaca dan memasuki DUNIA KITA!
Ultras.. Sebuah kata yang akhir2 ini sangat sering disebut oleh media2 di tanah air seiring dengan banyaknya tindakkan hooliganisme yang dilakukan beberapa kelompok ultras di Italia. Sangat lucu sekali membaca beberapa comment di media yang menyebutkan bahwa ultras memiliki arti ‘garis keras’ yang selalu di indentikkan dengan hooliganisme. Tapi apa mau dikata, begitulah media, begitulah jurnalis, mereka hanya bisa menulis apa yang bisa mereka lihat tanpa harus benar2 mengerti dan benar2 memahami objek yang mereka jadikan berita.
Perlu sedikit diluruskan mengenai makna kata ‘ultras’ sendiri. Ultras bukan nama, Ultras adalah istilah.. sama dengan kata hooligan yang juga merupakan sebuah istilah. Kata ultras sendiri berasal dari suku kata Ultra yang dalam bentuk kata sifat berarti ekstrim dan dalam kata benda berarti ekstrimis penambahan huruf s sebagai penunjuk bentuk jamak (kelompok). Kata ekstrim sendiri berarti ‘yang ter-‘. ‘yang paling’. ‘melebihi yang lain’, atau ‘lebih dari biasa’. Bila dihubungkan dengan konteks supporter bisa dikatakan bahwa ultras berarti kelompok supporter yang memiliki fanatisme, rasa cinta, dan dukungan yang lebih dari supporter biasa. Sedangkan Hooligan sendiri adalah istilah yang berarti ‘perusuh’ atau ‘suka berbuat onar’.
Ciri2 kelompok supporter Ultras adalah Selalu bernyanyi mendukung kesebelasan kebanggaanya, mendukung tim mereka baik dikandang sendiri maupun dikandang lawan, dan tak pernah meninggalkan tim kebanggannya baik saat jaya maupun saat terpuruk. Dari ciri2 kelompok ultras
sendiri bisa dikatakan bahwa hampir semua kelompok supporter di Indonesia adalah Ultras. Slemania itu ultras, The Jak itu ultras, Aremania itu ultras. klompok supporter lainnya juga ultras. Walau mereka tidak ada embel2 kata ultras dalam organisasi mereka tapi istilah ultras tetap mereka sandang karena mereka semua memiliki karakter dan mentalitas ultras. Meski demikian, ada banyak juga kelompok supporter (termasuk kami sendiri) yang menggunakan kata ultras sebagai nama kelompok mereka.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Ultras dan Hooligans adalah dua istilah yang berbeda dengan pengertian yang berbeda pula. Hampir semua hooligans adalah Ultras, tapi tidak semua Ultras adalah hooligans..!!
HOOLIGANS adalah fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotif supporter sepakbola dari Inggris, namun akhi-akhir ini menjadi fenomena dunia termasuk negara Indonesia sendiri. Sebagian besar dari hooligan adalah para backpacker yang berpengalaman dalam melakukan sebuah perjalanan. Tidak sedikit dari mereka yang sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat dalam sebuah bentrokan. Mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim pujaannya agar tidak terdeksi kehadiran mereka oleh pihak aparat. Meski demikian, keunggulan dari hooligan ini mereka paling anti menggunakan senjata dalam melakukan sebuah duel, karena menurut mereka itu hanyalah sebuah cara yang dilakukan oleh sekelompok banci.
Diantara Supporter Persija ada juga yang memang lahir dari komunitas hardmods, bootbois, skinhead, rudeboys, casuals, dll.. dan membentuk suatu kelompok yang disebut Persija FIRM (Tiger Boys) seperti di Inggris, namun disisi lain mereka membakar flare dan membuat syal komunitas, ya mungkin itu kreatifitas mereka, karena mengikuti suatu kultur, lagipula tidak berarti harus mengikuti semua pakem bakunya.
sumber : http://ultrasin-indonesia.tumblr.com/sejarah-ultras
Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian ‘di luar kebiasaan’. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion.
“As an ultra I identify myself with a particular way of life. We are different from ordinary supporters because of our enthusiasm and excitement. This means, obviously, rejoicing and suffering much more acutely than everybody else “.
Nukilan kalimat dari seorang anggota Brigate Rossonere, salah satu ultras AC Milan, membantu kita untuk mengenali fenomena ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi) biasa melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang mengidentifikasikan secara sungguh-sungguh dengan segenap hasrat dan melibatkan dengan amat dalam sisi emosionalnya pada klub yang mereka dukung.
Ultras mempelopori suporter yang amat terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung ‘teatrikal’ yang kemudian menjalar ke negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu mendominasi di Prancis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada suporter Denmark ‘Roligans’, beberapa kelompok suporter tim nasional Belanda dan bahkan suporter Skotlandia ‘Tartan Army’
Model tersebut masyhur karena menampilkan pertunjukan-pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang terkoordinir, kibaran aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan bom asap warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang CapoTifoso yang menggunakan megaphones untuk memandu selama jalannya pertandingan.
Dalam tradisi calcio, ultras adalah “baron” dalam stadion. Mereka menempati dan menguasai salah satu sisi tribun stadion, biasanya di belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord (utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu.
Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah (Alm.) Fossa dei Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada tahun 1968. Setahun kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival, Internazionale Milan, membuat tandingan yaitu Inter Club Fossati yang kemudian berubah nama menjadi Boys S.A.N (Squadre d’Azione Nerazzurra). Fenomena ultras sempat surut dan muncul lagi untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi megahnya pada pertengahan tahun 1980-an.
Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil “melestarikan” paham-paham tua seperti facism, dankomunism socialism
.
Mayoritas ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologis daripada perbedaan klub kesayangan. Untungnya, dalam tradisi Ultras di Italia terdapat kode etik yang namanya Ultras codex. Salah satu fungsi kode etik itu “mengatur” pertempuran antar ultras tersebut bisa berlangsung lebih fair dan “berbudaya”. Salah satu etika itu adalah dalam hal bukti kemenangan, maka bendera dariultras yang kalah akan diambil oleh ultras pemenang. Kode etik lainnya ialah, seburuk apapun paratifosi itu mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.
Dewasa ini, ultras kerap dipandang sebagai lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini. Kesamaan-kesamaan itu tampak pada nyanyian lagu - yang umumnya digubah dari lagu–lagu komunis tradisional - lambaian bendera dan panji, kesetiaan sepenuh hati pada kelompok dan perubahan sekutu dengan ultras lainnya, dan, tentunya, keikutsertaan dalam kekacauan dan kekerasan baik antara mereka sendiri dan melawan polisi!
Bentrok dengan polisi menjadi salah satu tabiat asli ultras. Bagi ultras, polisi adalah hal yang diharamkan alias A.C.A.B (All Cops Are Bastar*s). Sebulan sebelum Sandri terbunuh, muncul klaim dari pihak polisi yang menyatakan bahwa tak kurang dari 268 kelompok ultra dengan aspirasi politik, semuanya memiliki semangat kebencian pada polisi. Selain itu, masih menurut polisi, mayoritas kelompok tersebut berhubungan dengan gerakan ekstrim kanan yang fasis.
Tak hanya polisi, manajemen klub, staff pelatih dan bahkan pemain juga pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari ultras. Beberapa kelompok Ultras dalam menjamin dukungannya (terutama dalam pertandingan tandang), memaksa klub untuk memberi jatah tiket gratis, keuntungan perjalanan, dan bahkan hak atas merchandise. Ketegangan dengan pihak klub kerap berujung boikot dukungan pertandingan di kandang.
Namun sebenarnya ultras tidak seseram yang dibayangkan. Bahkan dibandingkan dengan Hools (FIRM) di inggris. Karena sebenarnya ultras menjauhi yang namanya keributan. (walaupun ada yg suka nyari masalah).Dan tidak semua kelompok ultras berafiliasi politik. memang ada yang kanan, kiri, merah, dsb…Tapi yang tidak bermain politik juga ada.
Pelatih atau manajer yang mundur (bukan karena dipecat manajemen klub) biasanya adalah produk dari tekanan ultras. Dari pihak pemain, Christian “Bobo” Vieri pernah mengalami teror fisik dari ultrasInter, termasuk dirusaknya salah satu properti bisnisnya, karena dianggap berkurang kadar loyalitasnya pada tim.
Dengan kemegahan dan kesuramannya ultras adalah fenomena khas Italia, representasi masyarakat Italia, dan identitas calcio. Seperti halnya kualitas Lega Serie A yang menjadi kiblat dunia sepak bola, seperti sistem catenaccio yang mengilhami banyak pelatih di dunia, maka aksi ultras di stadion pun menjadi rujukan dan referensi bagi suporter-suporter negara lain, termasuk kelompok suporter di Indonesia.
Suporter Indonesia Rasa Ultras
Suporter di Indonesia sedang berada dalam periode bertumbuh. Dalam lima tahun terakhir ini, muncul kelompok-kelompok suporter terorganisir. Suatu fenomena yang berdampak amat positif bagi perkembangan sepak bola nasional. Kehadiran kelompok suporter ini sedikit banyak merubah gaya dukung dan pola perilaku penonton di lapangan. Secara keseluruhan, berdampak pada industri sepak bola nasional yang lebih semarak dan berwarna.
Tak bisa dipungkiri aksi-aksi kreatif kelompok suporter di Indonesia ini mengadopsi gaya suporter luar negeri. Meski di kemudian hari, terjadi proses kreatif dengan lebih banyak menampilkan produk budaya lokal. Suporter luar negeri yang menginspirasi itu bisa dari Barras Bravas (Argentina/Amerika Latin),Roligan (Denmark), Tartan Army (Skotlandia) dan tentunya Italian Ultras!
Kentalnya budaya ultras bisa dilihat dengan teramat jelas dari atraksi kelompok suporter kita di lapangan. Mulai dari menempati sisi tribun tertentu meski tidak selalu di belakang gawang. Namun yang konsisten di sekitar belakang gawang diantaranya yaitu ,Utras Persija,Orange Street Boys(Persija),Slemania (PSS Sleman), dan Brajamusti (PSIM Jogjakarta), sedangkan beberapa kelompok suporter lainnya lebih suka di tribun tengah menghadap kamera! Menggunakan istilah asing (Ultras) terkadang tidak juga salah asal mengerti dan paham mengenai istilah tersebut. Ultras yang dipakai lebih ke mentalitasnya.. nilai2nya… Saat supporter berdiri 90 menit dan meneriakkan lagu2 pembangkit semangat (bukan lagu2 cacian kepada suatu kelompok), tak peduli hasil yang dicapai,itu juga merupakan bagian dari nilai2 ultras… saat anda melakukan koreografi2 memukau, itu bagian dari nilai2 ultras..ataupun saat kami bertempur dengan supporter , itu juga bagian dari nilai2 ultras..yang jelas Ultras tidak akan menyerang jika tidak diserang terlebih dahulu,tidak akan menolong jika tidak diperlukan
Tapi nilai2 itu, pastilah tercampur dengan budaya kita sendiri… terkadang beberapa komunitas di dalam suporter Persija juga menggunakan istilah ultras, walaupun saat mengaku ultras, mereka dengan bangganya berfoto2 menunjukkan identitas mereka, ya mungkin itu pemahaman akan arti ultras oleh mereka…(narsisme)… Di Luar Negri (Italy,Inggris,German,dll) seorang ULTRAS mungkin tidak punya KTA/ID Card atau bahkan kelompok tersebut sampai memiliki AD/ART karena mereka sangat paham arti kata Ultras, alasan mereka datang ke stadion benar-benar dari Hati dan Jiwanya..bukan juga karena UANG…sedangkan di INDONESIA UANG adalah alat detok sempurna untuk sebuah loyalitas..Orang bisa pindah agama,keyakinan,Klub,bahkan Partai.. Bagi saya AGAMA bisa dipeluk oleh ribuan bahkan jutaan umat,TETAPI SEORANG manusia hanya bisa PELUK SATU AGAMA, apabila ada yg percaya selain TUHANnya maka disebut Musyrik Bahkan KAFIR…Team Sepakbola yang saya dukung Bisa didukung oleh puluhan ribu supporter,TETAPI SEORANG SUPPORTER HANYA BISA MEMILIH SATU TEAM SEPAKBOLA SAJA…Tetapi jika mendukung lebih dari satu team,maka bisa disebut orang yang tidak memiliki komitmen atau bahkan bisa dicap Pengkhianat…maka d iIndonesia muncul slogan seperti SATU JAKARTA SATU (PERSIJA) ,SALAM SATU JIWA(AREMA) dll. Pendukung suatu klub tak harus wadah tunggal (seperti Orde Baru). Apalagi saat ini, mereka (kelompok suporter) melengkapi dengan AD/ART bahkan disahkan dengan akte notaris segala. Ujung-ujungnya adalah konflik kepentingan dan potensi dimanfaatkan elit politik. Contoh di SRIWIJAYA FC supporter Singamania dan Beladas, di Persiba ada PFC dan Balistik, di PERSIJAP ada Banaspati dan JETMEN,dll
Nah kalo ultras di Indonesia itu yang hebat, terlalu rapi. Kalo diluar negeri mereka hanya merupakan komunitas ataupun kelompok. Kalo disini, kebanyakan merupakan organisasi yang memiliki AD/ART. Parahnya masyarakat awam tidak bisa membedakan yang mana julukan suporter dengan nama kelompok suporter. Seperti contoh The Jakmania. Yang merupakan organisasi suporter pendukung Persija, tapi sering diartikan sebagai julukan untuk menyebut seluruh suporter Persija. Padahal gak semua suporter Persija adalah anggota The Jakmania. Dan memang tidak semua klub punya julukan bagi suporter mereka.
Dirijen seperti Yuli Sumpil, yang sohor itu adalah manifestasi seorang CapoTifoso. Yuli memiliki wibawa seorang CapoTifoso, apabila ia memerintahkan untuk melakukan suatu gerakan maka akan dipatuhi oleh suporter termasuk (seandainya) memerintahkan mengintimidasi pemain lawan dengan lemparan benda-benda, tetapi apabila ia melarang, maka tidak ada satu pun suporter yang berani melawannya. Walaupun ada yang berpendapat seorang Yuli Sumpil tidak pantas disebut demikian Karena dia “hanya” memimpin Aremania. Beda dengan capo tifoso di curva sud atau nord di Itali misalnya. Yang tidak hanya memimpin kelompoknya, tapi memimpin seluruh kelompok yang ada di curva itu, untuk membentuk koreo yang indah..
Belum lagi kostum yang terkoordinir, dan bentangan spanduk yang di pinggir-pinggir lapangan adalah rasa ultras pada suporter Indonesia. Sayangnya, prestasi tim nasional dan klub-klubnya tak semanis prestasi Squadra Azurri dan wakil-wakil Serie A di Eropa. Pahit getir sepak bola Indonesia terutama sekali saat menilik kelakuan oknum pengurus dibawah kepemimpinan Yang “Terhormat” Nurdin Halid!
Seorang Ultras sejati tidak memiliki nama -hanya teman dekat yang mengetahuinya-. Seorang Ultras sejati tidak dikenal oleh orang lain, kepalanya selalu tertutup oleh “hood”, hidung dan mulutnya selalu ditutup oleh syal. Seorang Ultras sejati tidak mengikuti mode dan hal teranyar lainnya. Saat seorang Ultra berjalan dikeramaian, kendati tanpa logo supporter, dia akan mudah dikenal orang lain.
Seorang Ultra sejati hanya menyerang jika diserang dan akan menolong jika diperlukan. Seorang Ultra sejati tidak akan berhenti kendati tiba di rumah dan membuka syalnya. Ultra Sejati akan selalu bertarung tujuh hari dalam seminggu.
Ultra tua akan memimpin dan memberikan contoh kepada yang muda. Ultra muda harus memberikan rasa hormat kepada yang tua. Ultra muda akan merasa bangga jika berdiri berdampingan dengan yang tua, mereka akan belajar dari kritikan si tua. Yang muda akan bersemangat jika mendapat jabatan tangan erat dari yang tua.
Saat orang normal melihat tingkah laku Ultra, mereka tidak akan mengerti, tetapi Ultra memang tidak ingin dimengerti atau menjelaskan arti keberadaan mereka. Setiap Ultra berbeda; ada yang mengenakan logo supporter atau tim ada juga yang tidak pernah menggunakan keduanya. Ada yang bepergian dalam sebuah kelompok ada yang pergi secara individu.
Kendati berbeda, satu hal yang membuat mereka bersatu adalah kecintaan terhadap klub, hasrat mereka untuk berdiri selama 90 menit tidak peduli hujan atau dingin. Mereka bersatu dan menghangatkan diri dengan teriakan keras dan serempak, bersatu kendati tertidur setengah mabuk di sebuah kereta atau bis yang membawa mereka pada pertandingan tandang, bersatu karena konvoi di pusat kota tim lawan, bersatu karena berbagi sedikit makanan setelah berjam-jam menahan rasa lapar, bersatu karena berbagi sebatang rokok, bersatu karena berpenampilan sama, bersatu karena idealisme, bersatu karena memiliki MENTALITAS yang sama.
Semua hal diatas menyatukan kami sekaligus menjauhkan kami dari bagian dunia yang lain; dari orang tua yang khawatir, dari sepupu yang bodoh, dari teman sekolah atau rekan kerja, dari guru atau bos yang tidak memiliki rasa toleransi. Ultras tidak pernah melakukan vandalisme atau kekerasan tanpa alasan. Ini hanya cara untuk bertahan dari hidup yang sudah terkena krisis masalah sosial, acara televisi yang bodoh, disko yang terus menerus menarik anak muda dan terpenting tindakan represif yang tidak dapat dibenarkan (polisi dan federasi).
Menjadi Ultra adalah seperti ini dan masih banyak lainnya seperti emosi dan hasrat yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain yang tidak mau mengerti atau kepada orang yang biasa memutar kepala dan melanjutkan hidup di balik kaca, orang yang tidak memilik cukup NYALI untuk menghancurkan kaca dan memasuki DUNIA KITA!
Ultras.. Sebuah kata yang akhir2 ini sangat sering disebut oleh media2 di tanah air seiring dengan banyaknya tindakkan hooliganisme yang dilakukan beberapa kelompok ultras di Italia. Sangat lucu sekali membaca beberapa comment di media yang menyebutkan bahwa ultras memiliki arti ‘garis keras’ yang selalu di indentikkan dengan hooliganisme. Tapi apa mau dikata, begitulah media, begitulah jurnalis, mereka hanya bisa menulis apa yang bisa mereka lihat tanpa harus benar2 mengerti dan benar2 memahami objek yang mereka jadikan berita.
Perlu sedikit diluruskan mengenai makna kata ‘ultras’ sendiri. Ultras bukan nama, Ultras adalah istilah.. sama dengan kata hooligan yang juga merupakan sebuah istilah. Kata ultras sendiri berasal dari suku kata Ultra yang dalam bentuk kata sifat berarti ekstrim dan dalam kata benda berarti ekstrimis penambahan huruf s sebagai penunjuk bentuk jamak (kelompok). Kata ekstrim sendiri berarti ‘yang ter-‘. ‘yang paling’. ‘melebihi yang lain’, atau ‘lebih dari biasa’. Bila dihubungkan dengan konteks supporter bisa dikatakan bahwa ultras berarti kelompok supporter yang memiliki fanatisme, rasa cinta, dan dukungan yang lebih dari supporter biasa. Sedangkan Hooligan sendiri adalah istilah yang berarti ‘perusuh’ atau ‘suka berbuat onar’.
Ciri2 kelompok supporter Ultras adalah Selalu bernyanyi mendukung kesebelasan kebanggaanya, mendukung tim mereka baik dikandang sendiri maupun dikandang lawan, dan tak pernah meninggalkan tim kebanggannya baik saat jaya maupun saat terpuruk. Dari ciri2 kelompok ultras
sendiri bisa dikatakan bahwa hampir semua kelompok supporter di Indonesia adalah Ultras. Slemania itu ultras, The Jak itu ultras, Aremania itu ultras. klompok supporter lainnya juga ultras. Walau mereka tidak ada embel2 kata ultras dalam organisasi mereka tapi istilah ultras tetap mereka sandang karena mereka semua memiliki karakter dan mentalitas ultras. Meski demikian, ada banyak juga kelompok supporter (termasuk kami sendiri) yang menggunakan kata ultras sebagai nama kelompok mereka.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Ultras dan Hooligans adalah dua istilah yang berbeda dengan pengertian yang berbeda pula. Hampir semua hooligans adalah Ultras, tapi tidak semua Ultras adalah hooligans..!!
HOOLIGANS adalah fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotif supporter sepakbola dari Inggris, namun akhi-akhir ini menjadi fenomena dunia termasuk negara Indonesia sendiri. Sebagian besar dari hooligan adalah para backpacker yang berpengalaman dalam melakukan sebuah perjalanan. Tidak sedikit dari mereka yang sering keluar-masuk penjara karena sering terlibat dalam sebuah bentrokan. Mereka jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim pujaannya agar tidak terdeksi kehadiran mereka oleh pihak aparat. Meski demikian, keunggulan dari hooligan ini mereka paling anti menggunakan senjata dalam melakukan sebuah duel, karena menurut mereka itu hanyalah sebuah cara yang dilakukan oleh sekelompok banci.
Diantara Supporter Persija ada juga yang memang lahir dari komunitas hardmods, bootbois, skinhead, rudeboys, casuals, dll.. dan membentuk suatu kelompok yang disebut Persija FIRM (Tiger Boys) seperti di Inggris, namun disisi lain mereka membakar flare dan membuat syal komunitas, ya mungkin itu kreatifitas mereka, karena mengikuti suatu kultur, lagipula tidak berarti harus mengikuti semua pakem bakunya.
sumber : http://ultrasin-indonesia.tumblr.com/sejarah-ultras
PENGERTIAN SEPAK BOLA
Sepak bola
Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan.
Peraturan sepak bola
Peraturan resmi permainan sepak bola (Laws of the Game) Peraturan resmi sepak bola adalah:
• Peraturan 1: lapangan sepak bola
• Peraturan 2: Bola Sepak bola
• Peraturan 3: Jumlah Pemain
• Peraturan 4: Peralatan Pemain
• Peraturan 5: Wasit
• Peraturan 6: Asisten wasit
• Peraturan 7: Lama Permainan
• Peraturan 8: Memulai dan Memulai Kembali Permainan
• Peraturan 9: Bola Keluar dan di Dalam Lapangan
• Peraturan 10: Cara Mendapatkan Angka
• Peraturan 11: Offside
• Peraturan 12: Pelanggaran
• Peraturan 13: Tendangan Bebas
• Peraturan 14: Tendangan penalti
• Peraturan 15: Lemparan Dalam
• Peraturan 16: Tendangan Gawang
• Peraturan 17: Tendangan
1. Elemen contoh 2
2. Elemen contoh 3 Sudut
Selain peraturan-peraturan di atas, keputusan-keputusan Badan Asosiasi Sepak bola Internasional (IFAB) lainnya turut menambah peraturan dalam sepak bola. Peraturan-peraturan lengkapnya dapat ditemukan di situs web FIFA.
Tujuan permainan
Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan (“mencetak gol”). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri). akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalty yang setiap timnya akan diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik penalty yang berada di dalam daerah kiper hingga hasilnya bisa ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.
Taktik Permainan
Taktik yang biasa dipakai oleh klub-klub sepak bola adalah sebagai berikut:
1. 4-4-2 (klasik: empat skipper)
2. 4-4-2 (dengan dua sayap)
3. 4-4-1-1
4. 4-2-4
5. 4-3-2-1
6. 4-3-1-2
7. 4-5-1
8. 4-3-3
9. 4-2-3-1
10. 4-3-3
11. 4-1-4-1
12. 3-4-3
13. 3-5-2 dengan libero
14. 3-5-2 tanpa libero
15. 3-6-1
16. 5-4-1
Taktik yang dipakai oleh sebuah tim selalu berubah tergantung dari kondisi yang terjadi selama permainan berlangsung. Pada intinya ada tiga taktik yang digunakan yaitu; Bertahan, Menyerang, dan Normal.
Ofisial
Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai “wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai Peraturan Permainan dalam suatu pertandingan yang telah diutuskan kepadanya” (Peraturan 5), dan keputusan-keputusan pertandingan yang dikeluarkannya dianggap sudah final. Sang wasit dibantu oleh dua orang asisten wasit (dulu dipanggil hakim/penjaga garis). Dalam banyak pertandingan wasit juga dibantu seorang ofisial keempat yang dapat menggantikan seorang ofisial lainnya jika diperlukan.selain itu juga mereka membutuhkan alat-alat untuk membantu jalannya petandingan seperti:
1. papan pengganti pemain
2. meja dan kursi
Tim
Setiap tim maksimal memiliki sebelas pemain, salah satunya haruslah penjaga gawang. Kadang-kadang ada peraturan kejuaraan yang mengharuskan jumlah minimum pemain dalam sebuah tim (biasanya delapan).
Sang penjaga gawang diperbolehkan untuk mengambil bola dengan tangan atau lengannya di dalam kotak penalti di depan gawangnya.
Pemain lainnya dalam kedua tim dilarang untuk memegang bola dengan tangan atau lengan mereka ketika bola masih dalam permainan, namun boleh menggunakan bagian tubuh lainnya. Pengecualian terhadap peraturan ini berlaku ketika bola ditendang keluar melewati garis dan lemparan dalam dilakukan untuk mengembalikan bola ke dalam permainan.
Sejumlah pemain (jumlahnya berbeda tergantung liga dan negara) dapat digantikan oleh pemain cadangan pada masa permainan. Alasan umum digantikannya seorang pemain termasuk cedera, keletihan, kekurangefektifan, perubahan taktik, atau untuk membuang sedikit waktu pada akhir sebuah pertandingan. Dalam pertandingan standar, pemain yang telah diganti tidak boleh kembali bermain dalam pertandingan tersebut.
Lapangan permainan
Ukuran lapangan standar
Lapangan yang digunakan biasanya adalah lapangan rumput yang berbentuk persegi empat. Dengan panjang 100-110 meter dan lebar 64-75 meter. Pada kedua sisi pendek, terdapat gawang sebesar 24 x 8 kaki, atau 7,32 x 2,44 meter.
Lama permainan
Lama permainan sepak bola normal adalah 2×45 menit, ditambah istirahat selama 15 menit (kadang-kadang 10 menit). Jika kedudukan sama imbang, maka diadakan perpanjangan waktu selama 2×15 menit, hingga didapat pemenang, namun jika sama kuat maka diadakan adu penalti.
Lama permainan standar
Sebuah pertandingan dewasa yang standar terdiri dari dua babak yang masing-masing sepanjang 45 menit. Umumnya terdapat masa istirahat 15 menit di antara kedua babak tersebut.
Perpanjangan waktu dan adu penalti
Kebanyakan pertandingan biasanya berakhir setelah kedua babak tersebut, dengan sebuah tim memenangkan pertandingan atau berakhir seri. Meskipun begitu, beberapa pertandingan, terutamanya yang memerlukan pemenang mengadakan babak tambahan yang disebut perpanjangan waktu kala pertandingan berakhir imbang: dua babak yang masing-masing sepanjang 15 menit dimainkan. Hingga belum lama ini, IFAB telah mencoba menggunakan beberapa bentuk dari sistem ‘sudden death’, namun mereka kini telah tidak digunakan.
Jika hasilnya masih imbang setelah perpanjangan waktu, beberapa kejuaraan mempergunakan adu penalti untuk menentukan sang pemenang. Ada juga kejuaraan lainnya yang mengharuskan pertandingan tersebut untuk diulangi.
Perlu diperhatikan bahwa gol yang dicetak sewaktu babak perpanjangan waktu ikut dihitung ke dalam hasil akhir, berbeda dari gol yang dihasilkan dari titik penalti yang hanya digunakan untuk menentukan pemenang pertandingan.
Wasit sebagai pengukur waktu resmi
Wasit yang memimpin pertandingan sejumlah 1 orang dan dibantu 2 orang sebagai hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu. Pada Piala Dunia 2006, digunakan ofisial ke-lima.
Percobaan penggunaan gol emas dan gol perak
Lihat: Gol perak; Gol emas.
Pada akhir 1990-an, IFAB mencoba membuat pertandingan lebih mungkin berakhir tanpa memerlukan adu penalti, yang sering dianggap sebagai cara yang kurang tepat untuk mengakhiri pertandingan.
Contohnya adalah sistem gol perak yang mengakhiri pertandingan jika sebuah gol dicetak pada perpanjangan waktu pertama, dan gol emas yang mengakhiri pertandingan jika sebuah gol dicetak pada perpanjangan waktu kedua.
Kedua sistem ini telah dihentikan oleh IFAB.
Kejuaraan internasional besar
Kejuaraan internasional terbesar di sepak bola ialah Piala Dunia yang diselenggarakan oleh Fédération Internationale de Football Association. Piala Dunia diadakan setiap empat tahun sekali. Lebih dari 190 timnas bertanding di turnamen kualifikasi regional untuk sebuah tempat di babak final. Turnamen babak final yang berlangsung selama empat minggu kini melibatkan 32 timnas (naik dari 24 pada tahun 1998).
Kejuaraan internasional yang besar di setiap benua adalah:
• Eropa: Piala Eropa atau dikenal dengan nama Euro
• Amerika Selatan: Copa América
• Afrika: Piala Afrika
• Asia: Piala Asia
• Amerika Utara: Piala Emas CONCACAF
• Oseania: Piala Oseania
Ajang tingkat klub terbesar di Eropa adalah Liga Champions, sementara di Amerika Selatan adalah Copa Libertadores. Di Asia, Liga Champions Asia adalah turnamen tingkat klub terbesar.
Sepak bola sudah dimainkan di Olimpiade sejak tahun 1900. (kecuali pada Olimpiade tahun 1932 di Los Angeles). Awalnya ini hanya untuk pemain-pemain amatir saja, namun sejak Olimpiade Los Angeles 1984 pemain profesional juga mulai ikut bermain, disertai peraturan yang mencegah negara-negara daripada memainkan tim terkuat mereka. Pada saat ini, turnamen Olimpiade untuk pria merupakan turnamen U-23 yang boleh ditamnbahi beberapa pemain di atas umur. Akibatnya, turnamen ini tidak mempunyai kepentingan internasional dan prestise yang sama dengan Piala Dunia, atau bahkan dengan Euro, Copa America atau Piala Afrika.
Sebaliknya, turnamen Olimpiade untuk wanita membawa prestise yang hampir sama seperti Piala Dunia Wanita FIFA; turnamen tersebut dimainkan oleh tim-tim internasional yang lengkap tanpa batasan umur.
sumber : http://kampungbiru.wordpress.com/pengertian-sepak-bola/
Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan.
Peraturan sepak bola
Peraturan resmi permainan sepak bola (Laws of the Game) Peraturan resmi sepak bola adalah:
• Peraturan 1: lapangan sepak bola
• Peraturan 2: Bola Sepak bola
• Peraturan 3: Jumlah Pemain
• Peraturan 4: Peralatan Pemain
• Peraturan 5: Wasit
• Peraturan 6: Asisten wasit
• Peraturan 7: Lama Permainan
• Peraturan 8: Memulai dan Memulai Kembali Permainan
• Peraturan 9: Bola Keluar dan di Dalam Lapangan
• Peraturan 10: Cara Mendapatkan Angka
• Peraturan 11: Offside
• Peraturan 12: Pelanggaran
• Peraturan 13: Tendangan Bebas
• Peraturan 14: Tendangan penalti
• Peraturan 15: Lemparan Dalam
• Peraturan 16: Tendangan Gawang
• Peraturan 17: Tendangan
1. Elemen contoh 2
2. Elemen contoh 3 Sudut
Selain peraturan-peraturan di atas, keputusan-keputusan Badan Asosiasi Sepak bola Internasional (IFAB) lainnya turut menambah peraturan dalam sepak bola. Peraturan-peraturan lengkapnya dapat ditemukan di situs web FIFA.
Tujuan permainan
Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan (“mencetak gol”). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri). akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalty yang setiap timnya akan diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik penalty yang berada di dalam daerah kiper hingga hasilnya bisa ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.
Taktik Permainan
Taktik yang biasa dipakai oleh klub-klub sepak bola adalah sebagai berikut:
1. 4-4-2 (klasik: empat skipper)
2. 4-4-2 (dengan dua sayap)
3. 4-4-1-1
4. 4-2-4
5. 4-3-2-1
6. 4-3-1-2
7. 4-5-1
8. 4-3-3
9. 4-2-3-1
10. 4-3-3
11. 4-1-4-1
12. 3-4-3
13. 3-5-2 dengan libero
14. 3-5-2 tanpa libero
15. 3-6-1
16. 5-4-1
Taktik yang dipakai oleh sebuah tim selalu berubah tergantung dari kondisi yang terjadi selama permainan berlangsung. Pada intinya ada tiga taktik yang digunakan yaitu; Bertahan, Menyerang, dan Normal.
Ofisial
Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai “wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai Peraturan Permainan dalam suatu pertandingan yang telah diutuskan kepadanya” (Peraturan 5), dan keputusan-keputusan pertandingan yang dikeluarkannya dianggap sudah final. Sang wasit dibantu oleh dua orang asisten wasit (dulu dipanggil hakim/penjaga garis). Dalam banyak pertandingan wasit juga dibantu seorang ofisial keempat yang dapat menggantikan seorang ofisial lainnya jika diperlukan.selain itu juga mereka membutuhkan alat-alat untuk membantu jalannya petandingan seperti:
1. papan pengganti pemain
2. meja dan kursi
Tim
Setiap tim maksimal memiliki sebelas pemain, salah satunya haruslah penjaga gawang. Kadang-kadang ada peraturan kejuaraan yang mengharuskan jumlah minimum pemain dalam sebuah tim (biasanya delapan).
Sang penjaga gawang diperbolehkan untuk mengambil bola dengan tangan atau lengannya di dalam kotak penalti di depan gawangnya.
Pemain lainnya dalam kedua tim dilarang untuk memegang bola dengan tangan atau lengan mereka ketika bola masih dalam permainan, namun boleh menggunakan bagian tubuh lainnya. Pengecualian terhadap peraturan ini berlaku ketika bola ditendang keluar melewati garis dan lemparan dalam dilakukan untuk mengembalikan bola ke dalam permainan.
Sejumlah pemain (jumlahnya berbeda tergantung liga dan negara) dapat digantikan oleh pemain cadangan pada masa permainan. Alasan umum digantikannya seorang pemain termasuk cedera, keletihan, kekurangefektifan, perubahan taktik, atau untuk membuang sedikit waktu pada akhir sebuah pertandingan. Dalam pertandingan standar, pemain yang telah diganti tidak boleh kembali bermain dalam pertandingan tersebut.
Lapangan permainan
Ukuran lapangan standar
Lapangan yang digunakan biasanya adalah lapangan rumput yang berbentuk persegi empat. Dengan panjang 100-110 meter dan lebar 64-75 meter. Pada kedua sisi pendek, terdapat gawang sebesar 24 x 8 kaki, atau 7,32 x 2,44 meter.
Lama permainan
Lama permainan sepak bola normal adalah 2×45 menit, ditambah istirahat selama 15 menit (kadang-kadang 10 menit). Jika kedudukan sama imbang, maka diadakan perpanjangan waktu selama 2×15 menit, hingga didapat pemenang, namun jika sama kuat maka diadakan adu penalti.
Lama permainan standar
Sebuah pertandingan dewasa yang standar terdiri dari dua babak yang masing-masing sepanjang 45 menit. Umumnya terdapat masa istirahat 15 menit di antara kedua babak tersebut.
Perpanjangan waktu dan adu penalti
Kebanyakan pertandingan biasanya berakhir setelah kedua babak tersebut, dengan sebuah tim memenangkan pertandingan atau berakhir seri. Meskipun begitu, beberapa pertandingan, terutamanya yang memerlukan pemenang mengadakan babak tambahan yang disebut perpanjangan waktu kala pertandingan berakhir imbang: dua babak yang masing-masing sepanjang 15 menit dimainkan. Hingga belum lama ini, IFAB telah mencoba menggunakan beberapa bentuk dari sistem ‘sudden death’, namun mereka kini telah tidak digunakan.
Jika hasilnya masih imbang setelah perpanjangan waktu, beberapa kejuaraan mempergunakan adu penalti untuk menentukan sang pemenang. Ada juga kejuaraan lainnya yang mengharuskan pertandingan tersebut untuk diulangi.
Perlu diperhatikan bahwa gol yang dicetak sewaktu babak perpanjangan waktu ikut dihitung ke dalam hasil akhir, berbeda dari gol yang dihasilkan dari titik penalti yang hanya digunakan untuk menentukan pemenang pertandingan.
Wasit sebagai pengukur waktu resmi
Wasit yang memimpin pertandingan sejumlah 1 orang dan dibantu 2 orang sebagai hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu. Pada Piala Dunia 2006, digunakan ofisial ke-lima.
Percobaan penggunaan gol emas dan gol perak
Lihat: Gol perak; Gol emas.
Pada akhir 1990-an, IFAB mencoba membuat pertandingan lebih mungkin berakhir tanpa memerlukan adu penalti, yang sering dianggap sebagai cara yang kurang tepat untuk mengakhiri pertandingan.
Contohnya adalah sistem gol perak yang mengakhiri pertandingan jika sebuah gol dicetak pada perpanjangan waktu pertama, dan gol emas yang mengakhiri pertandingan jika sebuah gol dicetak pada perpanjangan waktu kedua.
Kedua sistem ini telah dihentikan oleh IFAB.
Kejuaraan internasional besar
Kejuaraan internasional terbesar di sepak bola ialah Piala Dunia yang diselenggarakan oleh Fédération Internationale de Football Association. Piala Dunia diadakan setiap empat tahun sekali. Lebih dari 190 timnas bertanding di turnamen kualifikasi regional untuk sebuah tempat di babak final. Turnamen babak final yang berlangsung selama empat minggu kini melibatkan 32 timnas (naik dari 24 pada tahun 1998).
Kejuaraan internasional yang besar di setiap benua adalah:
• Eropa: Piala Eropa atau dikenal dengan nama Euro
• Amerika Selatan: Copa América
• Afrika: Piala Afrika
• Asia: Piala Asia
• Amerika Utara: Piala Emas CONCACAF
• Oseania: Piala Oseania
Ajang tingkat klub terbesar di Eropa adalah Liga Champions, sementara di Amerika Selatan adalah Copa Libertadores. Di Asia, Liga Champions Asia adalah turnamen tingkat klub terbesar.
Sepak bola sudah dimainkan di Olimpiade sejak tahun 1900. (kecuali pada Olimpiade tahun 1932 di Los Angeles). Awalnya ini hanya untuk pemain-pemain amatir saja, namun sejak Olimpiade Los Angeles 1984 pemain profesional juga mulai ikut bermain, disertai peraturan yang mencegah negara-negara daripada memainkan tim terkuat mereka. Pada saat ini, turnamen Olimpiade untuk pria merupakan turnamen U-23 yang boleh ditamnbahi beberapa pemain di atas umur. Akibatnya, turnamen ini tidak mempunyai kepentingan internasional dan prestise yang sama dengan Piala Dunia, atau bahkan dengan Euro, Copa America atau Piala Afrika.
Sebaliknya, turnamen Olimpiade untuk wanita membawa prestise yang hampir sama seperti Piala Dunia Wanita FIFA; turnamen tersebut dimainkan oleh tim-tim internasional yang lengkap tanpa batasan umur.
sumber : http://kampungbiru.wordpress.com/pengertian-sepak-bola/
Pengertian Fungsi dan Kegunaan Arduino
Arduino adalah pengendali
mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring
platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam
berbagai bidang. Hardwarenya memiliki prosesor Atmel AVR dan softwarenya
memiliki bahasa pemrograman sendiri. Saat ini Arduino sangat populer di
seluruh dunia. Banyak pemula yang belajar mengenal robotika dan
elektronika lewat Arduino karena mudah dipelajari. Tapi tidak hanya
pemula, para hobbyist atau profesional pun ikut senang mengembangkan
aplikasi elektronik menggunakan Arduino. Bahasa yang dipakai dalam
Arduino bukan assembler yang relatif sulit, tetapi bahasa C yang
disederhanakan dengan bantuan pustaka-pustaka (libraries) Arduino.
Arduino juga menyederhanakan proses bekerja dengan mikrokontroler,
sekaligus menawarkan berbagai macam kelebihan antara lain:
* Murah - Papan (perangkat keras) Arduino biasanya
dijual relatif murah (antara 125ribu hingga 400ribuan rupiah saja)
dibandingkan dengan platform mikrokontroler pro lainnya. Jika ingin
lebih murah lagi, tentu bisa dibuat sendiri dan itu sangat mungkin
sekali karena semua sumber daya untuk membuat sendiri Arduino tersedia
lengkap di website Arduino bahkan di website-website komunitas Arduino
lainnya. Tidak hanya cocok untuk Windows, namun juga cocok bekerja di
Linux. * Sederhana dan mudah pemrogramannya - Perlu diketahui bahwa lingkungan pemrograman di Arduino mudah digunakan untuk pemula, dan cukup fleksibel bagi mereka yang sudah tingkat lanjut. Untuk guru/dosen, Arduino berbasis pada lingkungan pemrograman Processing, sehingga jika mahasiswa atau murid-murid terbiasa menggunakan Processing tentu saja akan mudah menggunakan Arduino.
* Perangkat lunaknya Open Source - Perangkat lunak Arduino IDE dipublikasikan sebagai Open Source, tersedia bagi para pemrogram berpengalaman untuk pengembangan lebih lanjut. Bahasanya bisa dikembangkan lebih lanjut melalui pustaka-pustaka C++ yang berbasis pada Bahasa C untuk AVR.
* Perangkat kerasnya Open Source - Perangkat keras Arduino berbasis mikrokontroler ATMEGA8, ATMEGA168, ATMEGA328 dan ATMEGA1280 (yang terbaru ATMEGA2560). Dengan demikian siapa saja bisa membuatnya (dan kemudian bisa menjualnya) perangkat keras Arduino ini, apalagi bootloader tersedia langsung dari perangkat lunak Arduino IDE-nya. Bisa juga menggunakan breadoard untuk membuat perangkat Arduino beserta periferal-periferal lain yang dibutuhkan.
sumber : http://kanguky.blogspot.com/search/label/Robotika
Langganan:
Postingan (Atom)