1.Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
I. Bahasa Indonesia Benar dengan BaikBahasa vang digunakan akan dikatakan baik jika maksud yang diungkapkan dapat dipahami dengan tepat oleh orang yang menerima bahasa tersebut. Dengan kata lain, bahasa yang baik adalah bahasa vang efektif dalarn menvampaikan suatu maksud. Bahasa vang baik tidak selalu harus ragam baku. Keefektifan komunikasi lebih banyak ditentukan oleh keserasian bahasa itu dengan situasinva (waktu. tempat. dan orang yang diajak bicara). Bisa saja bahasa yang baik itu tidak benar kaidah kaidahnya. Sebaliknya, bahasa vang benar kaidah kaidahnya belum tentu bahasa. vang baik Sebab. misalnva akan janggal kedengarannya bila di kantin kita menggunakan ragam bahasa baku seperti bahasa seorang i1muwan yang sedang ceramah di dalam suatu seminar. Sebaliknva, akan janggal pula bila seorang ilmuwan yang sedang ceramah di dalam suatu seminar menggunakan bahasa seperti seorang awam yang sedang ngobrol di kantin. Dengan demikian, bahasa yang benar dengan baik itu adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah dan sesuai dengan situasi.
II. Syarat Kebahasaan
1. Baku
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata/istilah, dan penulisan sesuai dengan kaidah ejaan.
2. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
3. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti.
4. Tepat
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh penutur atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
5. Denotatif
Kata vang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak melibatkan perasaan karena sifat ilmu itu objektif
6. Ringkas
Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan.
7. Runtun
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat maupun dalam paragraf.
III. EJAAN
Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata. Jadi, bagaimana menuliskan bahasa lisan dengan aturan-aturan tersebut itulah yang berhubungan dengan ejaan. Dari segi bahasa, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata, kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf dan tanda baca).
Lingkup pembahasan dalam ejaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1) Huruf Kapital
Huruf kapital tidak identik dengan huruf besar meskipun istilah ini biasa diperlawankan dengan huruf kecil. Istilah huruf kapital digunakan untuk menandai satu bentuk huruf yang karena memiliki fungsi berbeda dalam kata atau kalimat menjadi berbeda dari bentuk huruf lain meskipun secara fonemis sebunyi. Huruf A (kapital) secara fonemis sebunyi dengan a (kecil), tetapi karena fungsinya berlainan, penampilan grafisnya berbeda. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama tempat, nama orang, dan lain-lain. Secara umum, penggunaan huruf kapital tidak menimbulkan permasalahan. Kesalahan penulisan sering terjadi pada penulisan kata Anda. Kata Anda harus selalu ditulis dengan (A) kapital meskipun terletak di tengah atau di akhir kalimat.
2) Huruf Miring
Sebuah huruf, kata, atau kalimat ditulis dengan huruf miring untuk membedakan dari huruf, kata, atau kalimat lain dalam sebuah kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh. Huruf yang dicetak miring adalah penanda yang mengacu ke beberapa informasi, antara lain sebagai penekanan, kutipan dari bahasa asing, istilah latin, nama penerbitan (koran, majalah, dan lain-lain). Jika ditulis dengan menggunakan mesin tik manual atau tulisan tangan, huruf miring diganti dengan garis bawah. Garis bawah hendaknya ditulis per kata, bukan per kalimat.
Contoh:
a. Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sains dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia (Salah)
b. Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sain dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia (Betul)
Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata. Jadi, bagaimana menuliskan bahasa lisan dengan aturan-aturan tersebut itulah yang berhubungan dengan ejaan. Dari segi bahasa, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata, kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf dan tanda baca).
Lingkup pembahasan dalam ejaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1) Huruf Kapital
Huruf kapital tidak identik dengan huruf besar meskipun istilah ini biasa diperlawankan dengan huruf kecil. Istilah huruf kapital digunakan untuk menandai satu bentuk huruf yang karena memiliki fungsi berbeda dalam kata atau kalimat menjadi berbeda dari bentuk huruf lain meskipun secara fonemis sebunyi. Huruf A (kapital) secara fonemis sebunyi dengan a (kecil), tetapi karena fungsinya berlainan, penampilan grafisnya berbeda. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama tempat, nama orang, dan lain-lain. Secara umum, penggunaan huruf kapital tidak menimbulkan permasalahan. Kesalahan penulisan sering terjadi pada penulisan kata Anda. Kata Anda harus selalu ditulis dengan (A) kapital meskipun terletak di tengah atau di akhir kalimat.
2) Huruf Miring
Sebuah huruf, kata, atau kalimat ditulis dengan huruf miring untuk membedakan dari huruf, kata, atau kalimat lain dalam sebuah kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh. Huruf yang dicetak miring adalah penanda yang mengacu ke beberapa informasi, antara lain sebagai penekanan, kutipan dari bahasa asing, istilah latin, nama penerbitan (koran, majalah, dan lain-lain). Jika ditulis dengan menggunakan mesin tik manual atau tulisan tangan, huruf miring diganti dengan garis bawah. Garis bawah hendaknya ditulis per kata, bukan per kalimat.
Contoh:
a. Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sains dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia (Salah)
b. Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sain dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia (Betul)
2. Penulisan Kata
Beberapa hal yang termasuk ke dalam pembahasan tentang penulisan kata adalah penulisan (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) bentuk ulang, (4) gabungan kata, (4) kata ganti ku, mu, kau, dan nya, (5) partikel, (6) singkatan dan akronim, dan (7) angka dan lambang bilangan. Kecuali gabungan kata (3), penulisan kata umumnya tidak menimbulkan permasalahan.
Kesalahan penulisan gabungan kata umumnya ditemukan pada istilah khusus yang salah satu unsurnya hanya digunakan dalam kombinasi. Unsur gabungan kata yang demikian sering ditulis terpisah, padahal seharusnya disatukan.
3. Penulisan Unsur Serapan
Sebagaimana diketahui, bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu. Di dalam perkembangannya bahasa ini banyak menyerap dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun asing. Bahasa Sunda, Jawa, dan Batak adalah tiga contoh bahasa daerah yang banyak memperkaya bahasa Indonesia. Sementara itu, bahasa asing yang banyak diserap adalah bahasa Belanda, Inggris, Portugis, Sanskerta, Arab, dan Cina.
Kriteria penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia secara lebih terperinci bisa dilihat pada diktat kuliah (lampirannya). Secara umum bisa dikatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang menulis bunyi. Artinya, pelafalan kita terhadap sebuah kata asing, itulah yang ditulis dalam bahasa Indonesia meskipun tidak sama sebunyi) betul.
Sebagaimana diketahui, bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu. Di dalam perkembangannya bahasa ini banyak menyerap dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun asing. Bahasa Sunda, Jawa, dan Batak adalah tiga contoh bahasa daerah yang banyak memperkaya bahasa Indonesia. Sementara itu, bahasa asing yang banyak diserap adalah bahasa Belanda, Inggris, Portugis, Sanskerta, Arab, dan Cina.
Kriteria penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia secara lebih terperinci bisa dilihat pada diktat kuliah (lampirannya). Secara umum bisa dikatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang menulis bunyi. Artinya, pelafalan kita terhadap sebuah kata asing, itulah yang ditulis dalam bahasa Indonesia meskipun tidak sama sebunyi) betul.
4. Pemakaian Tanda Baca
Kalimat yang baik harus didukung oleh penggunaan tanda baca yang tepat. Para penulis sering tidak memperhatikan hal ini. Akibatnya, masih banyak ditemukan kesalahan dalam pemakaian tanda baca tersebut.
Pemakaian tanda baca dalam kalimat sangat penting bukan hanya untuk ketertiban gramatikal, melainkan juga bagaimana gagasan yang dikemukakan bisa tersampaikan dengan baik. Manusia memahami sesuatu dengan bahasa, tetapi karena bahasa pula manusia bisa salah paham. Pemakaian tanda baca adalah salah satu cara untuk menghindari kesalahpahaman tersebut.
Kalimat yang baik harus didukung oleh penggunaan tanda baca yang tepat. Para penulis sering tidak memperhatikan hal ini. Akibatnya, masih banyak ditemukan kesalahan dalam pemakaian tanda baca tersebut.
Pemakaian tanda baca dalam kalimat sangat penting bukan hanya untuk ketertiban gramatikal, melainkan juga bagaimana gagasan yang dikemukakan bisa tersampaikan dengan baik. Manusia memahami sesuatu dengan bahasa, tetapi karena bahasa pula manusia bisa salah paham. Pemakaian tanda baca adalah salah satu cara untuk menghindari kesalahpahaman tersebut.
5. Penomoran
Dalam memberikan nomor, harus diperhatikan hal-hal berikut :
1. Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.
2. Romawi Besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).
3. Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.
4. Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.
5. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll. (dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harusdicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
Contoh:
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1.4 Kerangka Pemikiran
1.5 Metode Penelitian
1.6 Rancangan Analisis Data
1.7 Lokasi dan Lamanya Penelitian
IV. TATA KALIMAT
1. Definisi
Kalimat :satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri intonasi akhir. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Kalimat bisa diartikan pula dengan gugusan kata berstruktur atau bersistem yang mampu menimbulkan makna yang sempurna . Makna yang sempurna adalah suatu makna yang dapat diterima oleh orang lain sesuai dengan maksud yang dimiliki pembuat kalimat
Dalam memberikan nomor, harus diperhatikan hal-hal berikut :
1. Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.
2. Romawi Besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).
3. Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.
4. Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.
5. Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll. (dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harusdicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
Contoh:
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1.4 Kerangka Pemikiran
1.5 Metode Penelitian
1.6 Rancangan Analisis Data
1.7 Lokasi dan Lamanya Penelitian
IV. TATA KALIMAT
1. Definisi
Kalimat :satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri intonasi akhir. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Kalimat bisa diartikan pula dengan gugusan kata berstruktur atau bersistem yang mampu menimbulkan makna yang sempurna . Makna yang sempurna adalah suatu makna yang dapat diterima oleh orang lain sesuai dengan maksud yang dimiliki pembuat kalimat
2. Fungsi dalam Komunikasi
Fungsi kalimat : menyampaikan pesan.
Unsur-Unsur Komunikasi: Pengirim, Penerima, Sarana
3. Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
1. Pengangkatan Pegawai negeri itu belum ada surat keputusannya
2. Atas perhatian Saudara kami haturkan terima kasih
3. Teknologinya Jepang jauh lebih maju dari kita
4. Kita punya kemampuan terbaik
4. Pengaruh bahasa asing
Contoh:
1. My name is Andi (nama saya adalah Andi)
2. He knows a restaurant where we can get a drink (Dia tahu rumah makan di mana kita bisa mendapatkan minuman)
3. Aeroplanes which cross the Atlantic are jets (pesawat-pesawat yang mana mengarungi lautan atlantik itu adalah jet)
4. The man to whom the letter was addressed had died months before (orang kepada siapa surat itu dialamatkan telah meninggal beberapa bulan lalu
5. The travelers with whom I had spoken come from distant town (para pelncong dengan siapa saya telah berbicara datang dari kota yang jauh)
5. Kalimat Rancu
Kalimat rancu terjadi jika kekacauan penggabungan dua bentuk (dua bentuk yang benar disatukan menjadi salah)
Contoh:
1. Diperlebarkan : dilebarkan/diperlebar
2. Seringkali : sering-sering/berkali-kali
3. Dan lain sebagainya: dan lain-lain/dan sebagainya
4. Kadngkala : kadang-kadang/adakala
5. Pada zaman dahulu kala: zaman/kala
6. Kalimat Taksa
Kalimat yang memiliki makna lebih dari satu (konotatif)
Contoh:
1. Lukisan Jamilah dipajang juga dalam pameran itu.
2. Garasi mobil yang mewah itu selalu terpelihara
3. Ibu Ahmad sakit
7. Kalimat Tidak Logis
Kalimat yang secara semantik tidak bisa diterima akal.
Contoh:
1. Yang kencing di WC itu harus disiram
2. Dilarang kers membuang sampah ke sungai.
3. Jangan memarkir kendaraan di daerah bebas parkir
8. Kalimat Mubazir/Pleonastis
Kalimat yang menggunakan kata atau kelompok kata yang berlebihan
Contoh:
1. Banyak kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan semaunya tanpa aturan.
2. Tindakan manajer itu terlu keras sehingga akibatnya menyebabkan karyawn berunjuk rasa.
Kata yang sama maknanya:
a) Adalah merupkan, b) mulai sejak, c) ulang kembali, d) amat sangat sekali
MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH
Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dengan syarat berikut ini.
Problematis artinya menuntut pemecahan masalah, tidak hanya membicarakan sesuatu tetapi harus mencari pemecahan masalah. Dengan kata lain, sebuah topik tidak hanya dideskripsikan, tetapi dianalisis dan dicari solusinya sampai pada akhirnya ditegaskan pada simpulan dan bila perlu diusulkan dengan saran. Misalnya, topik pengembangan industri kayu. Di sini kita tidak hanya berbicara apa dan bagaimana perkembangan industri kayu itu. Akan tetapi, kita harus mencari upaya apa yang harus ditempuh untuk mengembangkan industri kayu sebagai salah satu kegiatan ekonomi masyarakat.
Terbatas maksudnya pokok bahasan tidak terlalu melebar jauh sehingga penulis tidak mungkin mengkajinya dan data tak mungkin diperoleh. Topik yang terlalu luas harus dibatasi dengan pembatasan substansi, lokasi, waktu dsb. Misalnya, urusan penanggulangan pencemaran harus dibatasi pencemaran apa , misalnya, limbah, lalu limbah apa misalnya limbah rumah sakit. Pada judul dapat dibatasi lagi dengan menambahkan lokasinya dimana. Dengan pembatasan demikian, penulis dapat mengkaji dan membahas masalah tersebut secara mendalam dan tuntas dengan data yang jelas dapat diperoleh. Dengan demikian, karangan itu memenuhi salah satu ciri karangan ilmiah.
Syarat lain yang tak kurang pentingnya adalah topik itu menarik, penting, aktual, dan data dapat diperoleh baik data literatur maupun lapangan.
Tema adalah topik yang sudah jelas mengandung tujuan. Contoh: jika topik penanggulangan pencemaran udara disertai tujuan menanggulangi pencemaran udara dengan mengurangi emisi kendaraan bermotor maka temanya : penanggulangan pencemaran udara melalui pengurangan emisi kendaraan bermotor
Dari topik dan tema dapat diangkat menjadi judul karangan ilmiah. Judul karangan ilmiah harus memenuhi syarat (a) menggambarkan isi, (b) singkat, (c) menarik minat pembaca, dan (d) tidak provokatif.
Contoh :
Upaya menurunkan risiko bahaya gempa bumi.
Fungsi kalimat : menyampaikan pesan.
Unsur-Unsur Komunikasi: Pengirim, Penerima, Sarana
3. Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
1. Pengangkatan Pegawai negeri itu belum ada surat keputusannya
2. Atas perhatian Saudara kami haturkan terima kasih
3. Teknologinya Jepang jauh lebih maju dari kita
4. Kita punya kemampuan terbaik
4. Pengaruh bahasa asing
Contoh:
1. My name is Andi (nama saya adalah Andi)
2. He knows a restaurant where we can get a drink (Dia tahu rumah makan di mana kita bisa mendapatkan minuman)
3. Aeroplanes which cross the Atlantic are jets (pesawat-pesawat yang mana mengarungi lautan atlantik itu adalah jet)
4. The man to whom the letter was addressed had died months before (orang kepada siapa surat itu dialamatkan telah meninggal beberapa bulan lalu
5. The travelers with whom I had spoken come from distant town (para pelncong dengan siapa saya telah berbicara datang dari kota yang jauh)
5. Kalimat Rancu
Kalimat rancu terjadi jika kekacauan penggabungan dua bentuk (dua bentuk yang benar disatukan menjadi salah)
Contoh:
1. Diperlebarkan : dilebarkan/diperlebar
2. Seringkali : sering-sering/berkali-kali
3. Dan lain sebagainya: dan lain-lain/dan sebagainya
4. Kadngkala : kadang-kadang/adakala
5. Pada zaman dahulu kala: zaman/kala
6. Kalimat Taksa
Kalimat yang memiliki makna lebih dari satu (konotatif)
Contoh:
1. Lukisan Jamilah dipajang juga dalam pameran itu.
2. Garasi mobil yang mewah itu selalu terpelihara
3. Ibu Ahmad sakit
7. Kalimat Tidak Logis
Kalimat yang secara semantik tidak bisa diterima akal.
Contoh:
1. Yang kencing di WC itu harus disiram
2. Dilarang kers membuang sampah ke sungai.
3. Jangan memarkir kendaraan di daerah bebas parkir
8. Kalimat Mubazir/Pleonastis
Kalimat yang menggunakan kata atau kelompok kata yang berlebihan
Contoh:
1. Banyak kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan semaunya tanpa aturan.
2. Tindakan manajer itu terlu keras sehingga akibatnya menyebabkan karyawn berunjuk rasa.
Kata yang sama maknanya:
a) Adalah merupkan, b) mulai sejak, c) ulang kembali, d) amat sangat sekali
MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH
Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dengan syarat berikut ini.
Problematis artinya menuntut pemecahan masalah, tidak hanya membicarakan sesuatu tetapi harus mencari pemecahan masalah. Dengan kata lain, sebuah topik tidak hanya dideskripsikan, tetapi dianalisis dan dicari solusinya sampai pada akhirnya ditegaskan pada simpulan dan bila perlu diusulkan dengan saran. Misalnya, topik pengembangan industri kayu. Di sini kita tidak hanya berbicara apa dan bagaimana perkembangan industri kayu itu. Akan tetapi, kita harus mencari upaya apa yang harus ditempuh untuk mengembangkan industri kayu sebagai salah satu kegiatan ekonomi masyarakat.
Terbatas maksudnya pokok bahasan tidak terlalu melebar jauh sehingga penulis tidak mungkin mengkajinya dan data tak mungkin diperoleh. Topik yang terlalu luas harus dibatasi dengan pembatasan substansi, lokasi, waktu dsb. Misalnya, urusan penanggulangan pencemaran harus dibatasi pencemaran apa , misalnya, limbah, lalu limbah apa misalnya limbah rumah sakit. Pada judul dapat dibatasi lagi dengan menambahkan lokasinya dimana. Dengan pembatasan demikian, penulis dapat mengkaji dan membahas masalah tersebut secara mendalam dan tuntas dengan data yang jelas dapat diperoleh. Dengan demikian, karangan itu memenuhi salah satu ciri karangan ilmiah.
Syarat lain yang tak kurang pentingnya adalah topik itu menarik, penting, aktual, dan data dapat diperoleh baik data literatur maupun lapangan.
Tema adalah topik yang sudah jelas mengandung tujuan. Contoh: jika topik penanggulangan pencemaran udara disertai tujuan menanggulangi pencemaran udara dengan mengurangi emisi kendaraan bermotor maka temanya : penanggulangan pencemaran udara melalui pengurangan emisi kendaraan bermotor
Dari topik dan tema dapat diangkat menjadi judul karangan ilmiah. Judul karangan ilmiah harus memenuhi syarat (a) menggambarkan isi, (b) singkat, (c) menarik minat pembaca, dan (d) tidak provokatif.
Contoh :
Upaya menurunkan risiko bahaya gempa bumi.
Sumber :
ai3.itb.ac.id/~basuki/usdi/TPB-kuliah/materi/.../tatatuliskaryailmiah.ppt
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/agus_buku_ajar.pdf
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/agus_buku_ajar.pdf
2. Fungsi Bahasa.Indonesia secara umum
A. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
- bahasa merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
- Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami.
- Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respons pendengar atau lawan komunikan yang menjadi perhatian utama kita.
Misalnya berupa :
- Alat-alat itu digunakan untuk berkomunikasi misalnya gerak badaniah, alat bunyi-bunyian, kentongan, lukisan, gambar, dsb).
Contohnya :
- bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
- adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
- alarm untuk tanda segera berkumpul
- bedug untuk tanda segera melakukan sholat
- telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
- simbol – tanda stop untuk pengguna jalan, simbol laki-laki dan perempuan bagi pengguna toilet.
- gambar peta yang menunjukkan jalan
- suasana gemuruh kentongan dipukul tanda ketika ada bahaya
- adanya asap tampak dari kejauhan pertanda kebakaran
- bunyi alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam) dsb.
- Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami.
- Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respons pendengar atau lawan komunikan yang menjadi perhatian utama kita.
- Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk merumuskan maksud kita.
- Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain.
- Dengan komunikasi, kita dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita.
- Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahsa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki cirri khas tersendiri. Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata ’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kandang atau tempat.
- Tulisan adalah susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata bermakna dan dituliskan. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.
- Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyaii fungsi utama bahasa adalah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada penggunaan Fungsi komunikasi pada bahasa asing Sebagai contoh masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran. Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa melainkan banyak bahasa.
Misalnya berupa :
- Alat-alat itu digunakan untuk berkomunikasi misalnya gerak badaniah, alat bunyi-bunyian, kentongan, lukisan, gambar, dsb).
Contohnya :
- bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
- adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
- alarm untuk tanda segera berkumpul
- bedug untuk tanda segera melakukan sholat
- telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
- simbol – tanda stop untuk pengguna jalan, simbol laki-laki dan perempuan bagi pengguna toilet.
- gambar peta yang menunjukkan jalan
- suasana gemuruh kentongan dipukul tanda ketika ada bahaya
- adanya asap tampak dari kejauhan pertanda kebakaran
- bunyi alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam) dsb.
- contoh dalam kehidupan sehari hari
Jadi, bahasa yang dipakai satpam tersebut berupa kentongan yang
memberikan pertanda sesuatu akan terjadi/ sesuatu yang sudah mestinya
dilakukan.
B. PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DI ERA GLOBALISASI
B. PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DI ERA GLOBALISASI
"Agaknya pemahaman,
penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa nasional dan negara sendiri
belum tumbuh secara maksimal dan proporsional. Padahal, tak henti-hentinya pemerintah
menganjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan
benar –setelah kaidah bahasa Indonesia oleh beberapa oknum pejabat Orde Baru
dirusak dengan merubah akhiran "kan" menjadi "ken"."
Bahasa Indonesia memegang
peranan penting dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
sumber daya manusia yang relevan dengan perkembangan zaman. Karena itu, peningkatan pendidikan bahasa
Indonesia di sekolah-sekolah perlu dilakukan melalui peningkatan kemampuan
akademik para pengajarnya.
Fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
adalah sebagai sarana pengembangan penalaran. Pembelajaran bahasa Indonesia
selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan
kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan.
Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana
keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah perlu terus dilakukan.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia sudah berusia 79 tahun. Jika dianalogikan dengan kehidupan manusia,
dalam rentang usia tersebut idealnya sudah mampu mencapai tingkat kematangan
dan kesempurnaan, sebab sudah banyak merasakan lika-liku dan pahit-getirnya
perjalanan sejarah.
Untuk menggetarkan gaung penggunaan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, pemerintah telah menempuh politik kebahasaan,
dengan menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa.
Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa
Indonesia justru dihadang banyak masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru
bermunculan. Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek
yang berwibawa dan punya prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus
globalisasi? Mampukah bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam
mengikuti derap peradaban yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih
setia dan banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?
Jika kita melihat kenyataan di lapangan, secara
jujur harus diakui, bahasa Indonesia belum difungsikan secara baik dan benar. Para
penuturnya masih dihinggapi sikap inferior (rendah diri) sehingga merasa lebih
modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik
dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan setumpuk istilah asing, padahal
sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Agaknya pemahaman, penghayatan, dan penghargaan
kita terhadap bahasa nasional dan negara sendiri belum tumbuh secara maksimal
dan proporsional. Padahal, tak henti-hentinya pemerintah menganjurkan untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar –setelah kaidah
bahasa Indonesia oleh para pejabat Orde Baru dirusak dengan merubah akhiran
"kan" menjadi "ken".
Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah
dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya belum banyak mendapatkan perhatian
masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak, pemakaian bahasa Indonesia bermutu
rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosakatanya payah, dan secara semantik
sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan nyata dari
penuturnya (Sawali Tuhusetya, 2007).
Melihat persoalan di atas, tidak ada kata lain,
kecuali menegaskan kembali pentingnya pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah
yang baik dan benar. Hal ini –disamping dapat dimulai dari diri sendiri- juga
perlu didukung oleh pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Pembelajaran bahasa Indonesia
tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan kemampuan
bersastra. Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa.
Dengan membaca, siswa dilatih mengingat, memahami isi bacaan, meneliti
kata-kata istilah dan memaknainya. Selain
itu, siswa juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya. Dari hasil
membaca, siswa dilatih berbicara, bercerita dan mampu mengungkapkan pendapat
juga membuat kesimpulan.
Dengan menulis, siswa dapat merefleksikan hasil
bacaan dan pengamatannya. Dengan menyimak, siswa dapat mengkomparasikan
pengetahuannya dengan berbagai hal yang disimak. Dengan berbicara, siswa dapat
mengaktualisasikan pengetahuannya dalam bentuk komunikasi dengan orang lain. Dengan
kemampuan bersastra, siswa dapat menampilkan nilai estetis dari bahasa, baik
lisan maupun tulisan.
Untuk menopang semua itu, guru bahasa Indonesia
harus dapat memotivasi siswa agar rajin membaca, termasuk membaca surat kabar. Dengan
membaca surat kabar, mereka mampu beropini, baik di kelas pada waktu belajar
atau melalui majalah dinding (mading) yang ada di sekolahnya. Selanjutnya,
siswa pun mampu beropini melalui media cetak. Saat ini media yang khusus untuk
bacaan pelajar memang masih sangat sedikit, karena surat kabar terlalu
didominasi media cetak hiburan.
Dengan
membaca surat kabar setiap hari, ilmu pengetahuan siswa akan bertambah. Tanpa
disadari sebenarnya mereka juga sedang belajar bahasa Indonesia. Setelah gemar
membaca, siswa juga perlu dimotivasi untuk hobi menulis, menyimak,
berkomunikasi dan bersastra. Guru akan merasa bangga kalau memiliki siswa yang
berani mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang santun dan logis.