ALIANSI KB04 KITA ADALAH SAUDARA.

ALIANSI KB04 KITA ADALAH SAUDARA.
HIDUP KB04!!!!!!

Senin, 16 Juni 2014

Video Rasis: Bukan Kali Ini Saja Malaysia Berulah di Sepak Bola

Pada buku The Killers: Ayam Jantan Berkokok Lagi, terdapat anekdot soal masih bingungnya orang Malaysia pada orang Indonesia soal istilah penyebutan nama sepak bola. Mereka menyebut sepak bola dengan bola sepak.
Kita boleh saja tertawa. Tapi, anekdot itu seakan menggambarkan pada kita tentang perseteruan dengan Malaysia. Tidak hanya berseteru soal istilah, sosial-budaya, politik, tapi juga hingga ke dunia olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas. Khusus di lapangan hijau, Malaysia kerap berulah meski beberapa kali ditolong oleh Indonesia.
Tahun 1969, misalnya, kejuaran sepak bola Merdeka Games berada dalam bahaya akibat kerusuhan rasial di Kuala Lumpur. Efeknya, jadwal turnamen kebanggan mereka itu diundur dan pengunduran jadwal itu berdampak pada semakin dekatnya waktu penyelenggaraan King’s Cup di Bangkok, yang rencananya juga diikuti oleh timnas Indonesia sebagai juara bertahan. (Drama itu bernama sepak bola, Arief Natakusumah).
Namun, karena perlu memulihkan citra di mata Internasional, Malaysia tetap ngotot mencari solusinya. Akhirnya mereka merengek, meminta bantuan pada Indonesia, dalam hal ini PSSI, agar tetap mengirim timnas A-nya (PSSI Harimau).
Alasannya amat politis. Dengan kehadiran tim nasional Indonesia, yang waktu itu cukup disegani di Asia, dengan shahih mereka mengklaim pada dunia bahwa KL telah aman dari keributan.
Selaku “abang tua”, Indonesia cukup lunak terhadap Malaysia. PSSI akhirnya mengirimkan timnas A-nya. Padahal rencana awal, timnas yang disiapkan untuk Merdeka Games ialah timnas B (PSSI Banteng). Sejarah mencatat, Indonesia sukses menjuarai Merdeka Games, tapi tidak untuk mempertahankan titel juara King’s Cup di Bangkok, Thailand.
Begitu baiknya Indonesia terhadap Malaysia ketika itu, sehingga Indonesia melupakan peristiwa satu dekade sebelumnya. Pasca PSSI berhasil meraih medali perunggu Asian Games 1958 di Tokyo, Jepang, Malaysia memanggil pulang pelatih Choo Seng Que, orang Singapura yang melatih Indonesia pertama kali. Saat itu Singapura masih bagian dari Malaysia. Di kemudian hari, “Uncle Choo” disebut sebagai “the greatest postwar coach in Malaysia-Singapore”.
Keluar sedikit dari lapangan hijau, di arena karate pada medio 2007, Malaysia juga membuat ulah. Ketua Dewan Wasit Karate Indonesia, Donald Pieters, dipukuli oleh oknum polisi Malaysia. Akibatnya, Donald harus mendapat perawatan serius. Sayangnya, hingga kini tak jelas kelanjutan dari kasus tersebut. (Antaranews.com, Senin, 27 Agustus 2007).
Kini, seakan lupa oleh belas kasih “abang tua”-nya, suporter Malaysia berulah. Menjelang laga hidup-mati Indonesia versus Malaysia pada hari Sabtu, 02/12/2012, beredar video rasis yang diidentifikasi sebagai suporter Malaysia. Dalam video yang beredar luas di situs Youtube itu terlihat suporter Malaysia menyanyikan yel-yel yang menyamakan bangsa ini dengan binatang.
Parahnya, ternyata aksi rasis tersebut bukan untuk pertama kalinya. Dari penelusuran media online, Beritasatu.com, suporter Malaysia pernah juga menyanyikan yel-yel bernada penghinaan terhadap Indonesia pada saat timnas Malaysia bertanding melawan Suriah di Stadion Bukit Jalil.
Mengingat betapa “kurang ajarnya” yel-yel rasis suporter Malaysia dan aksi pemukulan terhadap para suporter Indonesia, maka sudah sewajarnya “abang tua” yang selalu mengalah pada adiknya untuk menjewer adiknya yang kurang ajar itu. Bahkan bila perlu, sang adik harus digebuk, minimal sebagai pelajaran.
Dan waktu yang tepat untuk menjewer dan menggebuk sang adik, Malaysia, ialah di lapangan hijau. Yaitu pada saat Indonesia bertemu dengan Malaysia pada laga hidup-mati di stadion Bukit Jalil, Sabtu, 02/12/2012.
Selamat “menjewer” Garuda-ku! “Sang adik” harus dijewer agar mengingat belas kasih “abang tua”-nya. Kami, dari Bandung, selalu mendukung PSSI dan tim nasional Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

chat room blog


ShoutMix chat widget